Search
Jumat 19 April 2024
  • :
  • :

PENYADAPAN INTERNET: Bukan Sekedar Persoalan HAM

Oleh Edmon Makarim

 

MAJALAH ICT – Jakarta. Patut dicermati, bahwa baik dalam konvensi internasional tentang Hak Asasi Manusia atau bahkan dalam konstitusi negara manapun, tentunya telah diletakkan bahwa kepentingan ketahanan dan keamanan nasional adalah diatas kepentingan pribadi.

Sangat mudah dipahami bahwa Privacy adalah hak sedangkan pertahanan nasional ataupun keamanan nasional adalah kewajiban, demikian pula halnya dengan public order mapun public morals.

Adalah hal yang lumrah berlaku bahwa terdapat kewajiban konstitusional bagi setiap warga negara untuk menjaga dan membela kepentingan bangsa dan negaranya jika memang ingin bangsa dan negaranya tetap eksis dalam pergaulan secara internasional.

Apalagi jika bangsa dan negara itu memiliki cita-cita untuk menjadi digdaya secara internasional, maka dengan sendirinya mereka harus menciptakan pengaruh keluar wilayahnya, terlepas apakah pengaruh itu buruk atau baik bagi bangsa lain.

 

Selayaknya banyak kenaifan yang harusnya segera diperbaiki bagi bangsa ini akibat tidak lagi memperhatikan National Character Buildings.

Secara sosiologis, jangan-jangan kita lebih percaya orang lain ketimbang saudara sendiri. Tengok saja bagaimana kegemaran kita untuk menistakan saudara sendiri dengan kesalahannya ketimbang memaafkannya. Betapa murahnya pula kita menghargai bangsa sendiri ketimbang tenaga ahli asing yang sering kali ternyata terbukti kurang ahli.

Tidak hanya itu saja, baik secara teknologi, ekonomi dan perdagangan kebanyakan saudara kita pun lebih memilih untuk menjadi pembeli teknologi ketimbang pengembang teknologi, dan lebih memilih menjadi pedagang perantara makelar ketimbang menjadi innovator dan entrepenur.

Demikian pula halnya dengan Cloud computing dan Big Data yang tampaknya merupakan server dan data center di luar negeri bukan Indonesia. Akan banyak alasan atas nama efisiensi yang buta, bahwa Indonesia tidak akan pernah layak menjadi trusted network dan services bagi belahan dunia.

Seakan sudah tidak ada lagi perjuangan untuk "efektif" menggapai cita-cita luhur bangsa yang adil makmur dan sejahtera, semua seakan terpatahkan oleh penghianatan atas nama efisiensi dalam perdagangan.