MAJALAH ICT – Jakarta. Hingga saat ini, ada tujuh perusahaan yang tertarik untuk membeli menara telekomunikasi milik PT XL Axiata. Sejak Januari 2016, XL telah mengumumkan lelang terbuka penjualan sekitar 2.000-2.500 menara.
“Posisi terakhir ada tujuh pemain yang kemungkinan besar akan masuk tahap penawaran akhir. Sejauh ini, hanya itu yang bisa saya berikan informasinya,” ungkap Director & Chief Strategic Transformation Officer XL Axiata Willem Lucas Timmermans, di Jakarta. Meski demikian, Willem tidak bersedia menyebutkan nama-nama perusahaan tersebut.
Hanya saja, selain perusahaan penyedia tower lokal, ikut bertarung juga adalah perusahaan asing. Keikutsertaan perusahaan menara asing didukung adanya isu perubahan Daftar Negatif Investasi (DNI) bisnis menara yang belum diputus pemerintah. Disebut-sebut bahwa Kementerian Komunikasi dan Informatika akan membolehkan asing memiliki saham 49% untuk masuk di bisnis menara pada 2017 mendatang.
XL memang nampaknya sangat berharap menara telekomunikasi dapat terjual pada tahun ini. Sebab dengan begitu, masuknya dana penjualan menara telekomunikasi, akan membuat XL untung di tahun ini.
“Tujuan utama monetisasi menara ini untuk mengurangi utang. Kalau sukses tentunya fundamental dari XL makin sehat,” jelas Direktur Keuangan XL Axiata, Mohamed Adlan bin Ahmad Tajudin. Dikatakannya, perseroan pada tahun ini ingin menekan jumlah utang hingga sebesar Rp.13,29 triliun. Utang tersebut terdiri atas utang jatuh tempo senilai Rp.3,93 triliun dan percepatan pelunasan utang yang mencapai Rp.10,8 triliun.
Rencananya, kata Adlan, seluruh utang jatuh tempo tahun ini akan dibayar dengan kas internal. “Sumber dana untuk percepatan pelunasan utang berasal dari rights issue dan penjualan menara. Ini aksi korporasi masing-masing independen dan tengah berjalan,” ujarnya.
Ditambahkan Adlan, jika tower XL terjual dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS stabil, XL pada tahun ini bisa mencicipi keuntungan. “Kalau semua normal, kita untung tahun ini,” katanya.