MAJALAH ICT – Jakarta. Dell mengumumkan hasil penelitian di wilayah Asia Pasifik dari riset global IDC yang disponsori oleh Dell, yang menggarisbawahi hubungan yang kuat antara inovasi TI dan pencapaian bisnis untuk berbagai organisasi di kawasan ini. Riset yang melibatkan 2500 responden dari 11 negara termasuk Jepang, RRC, India, Australia dan Selandia Baru tersebut menyoroti delapan peningkatan bisnis yang terukur sebagai hasil dari adopsi TI yang future-ready, yang diukur dalam periode tiga tahun mulai tahun 2012 hingga 2015.
Organisasi-organisasi paling future-ready di kawasan Asia-Pasifik dan Jepang (APJ) menyebutkan beberapa keuntungan seperti peningkatan lebih dari 50 persen pada nilai kepuasan atau kemampuan mempertahankan pelanggan serta nilai pertumbuhan berdasarkan produk baru, p Peningkatan lebih dari 40 persen pada pemasukan atau penjualan/ pemesananan, pengiriman barang serta kemampuan akuisisi konsumen serta peningkatan produktivitas karyawan sebesar 39%.
Berdasarkan peringkatnya, IDC menggolongkan16 persen dari semua perusahaan ke dalam golongan Current Focused; 32 persen ke dalam golongan Future Aware; sepertiga ke dalam golongan Future Focused; dan 18 persen ke dalam golongan Future Creators. Golongan Future Creators adalah kategori golongan perusahaan yang paling siap menghadapi masa depan dengan platform dan kapasitas data yang tanggap terhadap perubahan, sementara golongan Current Focused didefinisikan sebagai organisasi yang masih berfokus pada sistem TI tradisional atau masih kategori pemula.
“Penelitian Future Ready Enterprise Index telah menunjukkan bahwa sebagian besar organisasi yang future-ready telah berhasil mengedepankan kecepatan, skalabilitas, dan inovasi dalam bisnis mereka melalui adopsi solusi-solusi infrastruktur terkonvergensi, komputasi awan, dan Big Data and Analytics (BDA). Dengan memetakan empat tahap yang berbeda dalam proses menuju future-ready, hasil riset menunjukkan bahwa golongan ‘Future Creator’ di Asia Pasifik memiliki keunggulan kompetitif mutlak, sementara golongan ‘Current Focused’ cenderung kurang kompetitif. Perusahaan-perusahaan yang memperhitungkan posisi mereka dalam proses penerapan teknologi dan mengadaptasikan praktik yang sesuai dengan konteks usaha mereka akan memperolah hasil yang menguntungkan dari investasi mereka di bidang teknologi.” ujar Catherine Lian, Managing Director, Dell Indonesia
Strategi Big Data Yang Akan Menghasilkan Wawasan Bisnis Lebih Mendalam
Setiap organisasi membutuhkan visibilitas secara langsung sebelum membuat keputusan yang efektif untuk kesuksesan bisnisnya. Seiring dengan semakin banyaknya titik hubung dan ditemukannya cara-cara baru untuk mengukur kinerja, organisasi-organisasi membutuhkan solusi yang dapat menerjemahkan dan menghubunkan berbagai sumber dan jenis data yang beragam sehingga mereka mendapatkan data yang tepat di saat yang tepat untuk membuat keputusan yang tepat. Dulu, solusi semacam ini tidak tersedia di pasaran dan membutuhkan keahlian khusus untuk membuat konsep dan mengembangkannya.
Future Ready Enterprise Index menemukan bahwa organisasi-organisasi dalam golongan Current Focus hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali strategi BDA, dan hasil dari setiap BDA pun hanya berpengaruh sedikit atau tidak berpengaruh sama sekali pada pengambilan keputusan. Sebaliknya, golongan Future Creators telah mengimplementasikan strategi BDA untuk keseluruhan bisnis mereka, dan hasil temuannya ditanggapi secara serius oleh pengambil keputusan. Khusus di kawasan Asia Pasifik, 98 persen dari pengambil keputusan pada perusahaan Future Creators memiliki akses terhadap BDA secara langsung apabila terjadi peristiwa penting, sementara hanya ada 58 persen eksekutif di perusahaan kategori Current Focused. Hal ini menunjukkan waktu respon organisasi yang lebih cepat terhadap kejadian atau perubahan bisnis, yang akan mendorong hasil bisnis yang lebih baik di setiap jenjang perusahaan.
Riset global ini juga menemukan bahwa unit-unit bisnis dalam organisasi golongan Current Focused tidak menjalankan strategi TI berbasis komputasi awan, melainkan memilih untuk tetap menggunakan layanan SaaS (Software-as-a-Service) publik, PaaS (Platform-as-a-Service), dan IaaS (Infrastructure-as-a-Service) untuk tujuan-tujuan tertentu. Sebaliknya, golongan Future Creators memiliki berbagai infrastruktur lintas komputasi awan, didukung dengan sistem audit/ keamanan serta kontrol data. Khususnya di kawasan APJ, lebih dari 50 persen organisasi golongan Future Creators menyebutkan bahwa pengadopsian sistem komputasi awan telah mengaktifkan strategi BDA dalam bisnis mereka, dan hasilnya terlihat pada penggunaan infrastruktur dan sumber data yang lebih efektif. Adopsi tersebut memungkinkan organisasi untuk memantau penggunaan dan kinerja, sehingga meningkatkan produktivitas dan memberikan hasil yang lebih optimal untuk semua jenjang perusahaan.
Contoh organisasi golongan Future Creator yang telah sukses mengoperasikan teknologi komputasi awan untuk memperkaya penggunaan sistem TI dan sumber data adalah Rumah Sakit Samitivej di Bangkok. Penyedia layanan kesehatan publik terkemuka di Thailand ini mengoperasikan jaringan fasilitas khusus dan mempekerjakan 3000 tenaga profesional di bidang medis. Rumah Sakit Samitivej telah mengambil langkah maju di bidang teknologi yang future-ready dengan memperbaharui infrastruktur TI-nya, yang meliputi sistem penyimpanan pada sentra data, Komputasi Awan, dan Sistem Pengembalian Data. Hal ini memampukan institusi tersebut untuk dapat memberikan jasa pelayanan pasien yang lebih baik, lebih cepat, dan dengan biaya yang lebih efisien.