MAJALAH ICT – Jakarta. Berbagai negara di dunia tengah “dilanda” disrupsi teknologi digital kecerdasan buatan (AI). AI membawa berbagai ragam potensi dan manfaat positif untuk efisiensi proses bisnis, pengembangan riset medis, hingga sistem penunjang keputusan terotomatisasi. Namun, sebagaimana sisi lain dari mata uang koin, AI juga rentan membawa problematika tersendiri, semisal terjadinya hasil yang bias atau diskriminatif karena asupan data yang tidak memadai, kerentanan pelanggaran data pribadi hingga sirnanya sejumlah lapangan kerja.
Indonesia pun telah mengajak sejumlah negara di dunia, termasuk khususnya global south, untuk lebih memahami AI. “Indonesia telah menegaskan ajakan untuk bekerjasama menyiapkan tata kelola AI yang melindungi masyarakat dan juga mendukung inovasinya,” tegas Wakil Menteri Kementerian Komunikasi dan Informatika, Nezar Patria, sebagaimana disampaikan pada acara Focus Group Discussion (FGD) Kebijakan Teknologi Kecerdasan Artifisial di Indonesia, Jakarta (17/11/2023).
Dijelaskan oleh Nezar, ajakan tersebut disampaikannya pada forum internasional AI Safety Summit (AISS) 2023 pada awal November 2023. “Di London (acara AISS 2023 – Red.), saya sampaikan kepada sejumlah perwakilan pemerintah negara yang hadir, termasuk negara-negara global south, bahwa kita mesti memastikan pengembangan AI dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas,” ujarnya.
Menurut Nezar, rekomendasi utama Indonesia perlunya mengambil tindakan afirmatif untuk mengembangkan AI di negara-negara berkembang dengan memfasilitasi kerjasama global yang lebih inklusif, mendesak perusahaan global untuk berkolaborasi dengan pelaku industri lokal, mempersempit kesenjangan digital, dan memfasilitasi transfer teknologi AI.
Pada AISS 2023 menghasilkan deklarasi yang disepakati oleh 29 negara peserta, yaitu The Bletchley Declaration. “Ada empat prinsip wajib bagi pengembangan dan pemanfaatan AI, sebagaimana disuratkan dalam The Bletchley Declaration tersebut, yaitu AI haruslah safe atau aman, human centric atau berpusat pada manusia, trustworthy atau dapat dipercaya dan responsible atau bertanggung-jawab,” tandas Nezar.