Search
Jumat 26 April 2024
  • :
  • :

Akan Baik Jika Hanya 4 Operator, tapi Perlu Intervensi Pemerintah

MAJALAH ICT – Jakarta. Diskursus perlunya konsolidasi operator dan pengurangan jumlah operator mendapat tanggapan dari mantan Anggota BRTI Koesmarihati. Menurut Bu Koes, demikian biasa dipanggil, pengurangan jumlah operator menjadi 4 itu baik.

Namun begitu, tambah mantan Direktur Utama Telkomsel ini, pengurangan jumlah itu tidak bisa terjadi dengan sendirinya. "Akan bagus jika jumlah operator menjadi empat saja, operator sebaiknya berkonsolidasi antarmereka sendiri. Namun begitu, diperlukan intervensi pemerintah," jelas Bu Koes.

Ditambahkan Bu Koes, konsolidasi operator ini juga perlu apa yang namanya frequency pooling. "Operator yang rugi sangat besar, sebaiknya menggabungkan frekuensi antar mereka, dan biarkan satu operator menjadi operator jaringan bergerak atau MNO, dimana yang lainnya menjadi MVNO," ujarnya. Dengan begitu, lanjutnya, bisa berkompetisi dengan operator 3 besar yang ada.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, operator-operator yang mulai bertumbangan, dengan kerugian yang cukup besar, ditengarai salah satunya adalah persaingan yang sangat tajam antaroperator, ditengarai karena jumlah operator yang cukup banyak. 

Demikian dikatakan Direktur dan Chief Marketing Officer Indosat Erik Meijer. Menurut Erik, jumlah operator seluler di Indonesia terlalu banyak. Dan Erik melihat, tidak semua operator dalam kondisi sehat, bahkan ada beberapa yang merugi. "Operator kita terlalu banyak," kata suami artis Maudy Kusnaedi ini. 

Ketika ditanyakan berapa jumlah operator yang ideal untuk kondisi Indonesia, Erik dalam perbincangan santai dengan Majalah ICT beberapa waktu lalu  dengan mantap mengatakan bahwa sebaiknya empat operator saja. “Cukup empat operator,” kata Erik yang mantan Wakil Dirut Bakrie Telecom ini.

Soal mengapa beberapa operator yang merugi tetap tidak melakukan merger atau apa, Erik melihat bahwa meski kondisi seperti ini, banyak yang tetap melihat industri telekomunikasi masih menyimpan harapan. “Karena dilihat masih ada harapan dari sektor telekomunikasi yang dijalani. Meski ada alasan lain yng mungkin off the record untuk disampaikan,” jelas Erik.

sebagaimana diberitakan sebelumnya, persaingan industri telekomunikasi yang kian ketat mulai memakan korban. Salah satunya adalah Bakrie Telecom (BTEL). Selain jumlah pengguna yang berkurang, BTEL juga mengalami kerugian besar di 2012, yang mencapai Rp. 3,13 triliun.