MAJALAH ICT – Jakarta. Persoalan memata-matai atau menyadap Indonesia, bagi sebagaian orang dianggap biasa-biasa saja. Namun tidak bagi hacker Indonesia. Para peretas Indonesia menganggap perbuatan memata-matai atau menyadap layaknya pencuri. Sehingga, harus ada permintaan maaf.
Namun, permintaan maaf tidak kunjung terucap. Pemerintah yang diharapkan berbuat banyak melempem ketakutan. Alhasil, para peretas bersatu, yang di dunia nyata tentara kita tidak punya alutsista memadai, namun di dunia maya Indonesia tentu tidak bisa dipandang sebelah mata.
Dan malam ini, merupakan saat yang ditunggu. Akankah para peretas Indonesia membuat sejarah meretas situs-situs utama Australia, setelah sebelumnya meski cukup banyak, namun situs yang diserang tidak berkualitas. Rencananya pukul 20:00 WIB serangan akan dilakukan. Apakah akan betul-betul dilancarkan atau tidak, belum dapat dipastikan. Hanya saja, dari pantauan Majalah ICT, sedikitnya 500 hacker sudah siap dengan berbagai amunisi dan target sasaran. Bahkan kata-kata pengobar semangat "Merdeka atau Mati" pun dituliskan para hacker.
Sebagaimana diketahui, menurut informasi yang beredar di kalangan hacker, para peretas merencanakan akan menyerang kembali Australia secara besar-besaran pada Jumat malam ke situs-situs pemerintah Australia yang berdomain .gov.au. Para hacker yakin bahwa banyak pasukan DDOS yang siap membela Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). "Karena penyadapan itu ibarat mencuri," tegasnya.
Soal kemungkinan akan terjadinya cyber war atau perang cyber antara pihak hacker Indonesia dan hacker Australia, dikatanya bahwa mereka siap menghadapi kemungkinan tersebut. "Kalau cyber war siap karna kami pemuda pemudi INDONESIA tidak takut kpd siapapun kecuali kpd pencipta," yakinnya. Namun begitu, hingga saat ini, katanya, belum ada tanda-tanda peretas Australia akan melakukan serangan balik ke Indonesia.