MAJALAH ICT – Jakarta. Garuda Indonesia memastikan bahwa layanan komersial mereka akan mulai digunakan dan dijual pada paa pengguna Agustus mendatang. Hal itu setelah Indonesia flag carrier ini sukses melakukan pengujian dan uji coba layanan dalam penerbang Jakarta-Jeddah, minggu lalu. Namun begitu, belum jelas bagaimana bentuk pentarifan pengguna WiFi di udara ini. Yang bukan tidak mungkin, akan memberatkan pengguna.
Seperti dikatakan Yohanes Sumaryo, penggiat di Indonesian Telecommunication Users Group (IDTUG). Menurut Sumaryo, pengguna harus berhati-hati memanfaatkan WiFi di pesawat ini jika harus berbayar. Pasalnya, berbeda dengan sistem yang dipakai di darat, pentarifan dengan teknologi satelit biayanya relatif lebih mahal.
"WiFi di pesawat mungkin terasa murah kalau buat text message 160 karakter saja. Jika data charges 100Rp/KB, maka Rp16/sms," kata Sumaryo. Angka ini jauh lebih murah daripada tarif SMS normal yang antara Rp. 100-150.
Sedangkan untuk tarif data, lanjut Sumaryo, jika tarif data Rp100/KB, itu artinya pengguna akan dikenakan Rp.200.000 tiap kali upload 1 foto yg besarnya 2 MB ke Facebook misalnya. "Kalau backhhaulnya Inmarsat, mungkin akan kena data charges setidaknya Rp50-100/KB. Mahal sekali buat browsing normal," jelas sumaryo.
Sementara itu, Dirut Garuda Emirsyah Satar mengungkapkan bahwa saat ini tengah dilakukan negosiasi harga layanan akses internet di pesawat tipe B777-300 ER dan A330-200, dengan PT Telkom. Menurutnya, beberapa hal yang dinegosiasikan diantaranya adalah model bisnis yang ditawarkan ke pelanggan, dengan menjual voucher WiFi di pesawat atau harga layanan sudah termasuk ke dalam tiket pesawat.
"Kita sudah uji coba secara komersial layanan Wifi untuk penumpang terbaru rute Jakarta–Jeddah. Rencananya akan dikomersialkan pada Agustus nanti untuk seluruh kelas penumpang," jelas Emirsyah.