MAJALAH ICT – Jakarta. Mencoba bangkit dari keterpurukan kinerja 2012 yang merugikan sekitar Rp. 3 triliun, PT Bakrie Telecom mencoba fokus dengan strategi mengembangkan layanan data. Demikian diungkapkan Fredy Lo, Vice President Trade Marketing Bakrie Telecom Tbk.
Menurut Fredy, jumlah pelanggan data akan digenjot hingga mencapai 30-40% dari total pelanggan BTEL. "Saat ini, jumlah pelanggan data kami sekitar 10% dari total pelanggan. Kita targetkan pelanggan data bisa ditingkatkan hingga menjadi 30-40 % dari jumlah pengguna," katanya.
Untuk meningkatkan pengguna data, kata Fredy, BTEL menggangdeng vendor lokal, Airflash, untuk menjual layanan data secara paket (bundling). Tablet AirTab 10 akan didukung internet Esia Max-D dengan kecepatan 3.1 Mbps. Tablet ini dijual dengan harga Rp 1,3 juta per unit. Produk ini tersedia di Gerai Esia Jakarta dan Cihampelas, Bandung. "Tahap awal, kami sediakan tablet AirTab A10 sebanyak 200 unit selama dua hari," jelasnya.
Seperti pernah diberitakan, selain jumlah pengguna yang berkurang, BTEL juga mengalami kerugian besar di 2012, yang mencapai Rp. 3,13 triliun. Menurut Wakil Direktur Utama Bakrie Telecom Jastiro Abi, angka kerugian tersebut meningkat jauh dibanding tahun 2011 yang hanya sebesar Rp 782 miliar. Kerugian di atas Rp. 1 trliun sudah dilaporkan BTEL per September 2012. Begitu juga jumlah pengguna yang sebanyak 14 juta di 2011 turun menjadi 12 juta per September 2012, yang kemudian merosot lagimenjadi 11,6 juta di akhir 2012.
Namun begitu, Jastiro mengungkapkan bahwa pendapat perusahaan masih cukup baik yang mencapai angka Rp. Rp 2,97 triliun. "Dari angka itu, pendapatan dari bisnis suara berkontribusi 50,8% atau sebesar Rp 1,51 triliun, sementara bisnis data tumbuh 142% dari Rp 143 miliar di tahun 2011 menjadi Rp 346 miliar di akhir 2012. Hal ini tentunya sejalan dengan tren industri telekomunikasi yang mulai mengarah ke bisnis data,” jelas Jastiro.
Diungkapkan pula oleh Jastiro, besarnya nilai kerugian tersebut merupakan bagian dari upaya perseroan untuk membersihkan aset-aset yang tidak produktif, sehingga ke depannya, diharapkan kinerja BTEL akan semakin solid dan tidak akan lagi dibebani aset-aset tidak produktif tersebut. "Kami masih bersyukur, di tengah persaingan industri yang ketat, BTEL tetap mampu mempertahankan pendapatan dengan cukup baik. Ini artinya BTEL masih memiliki pasar yang cukup solid di industri telekomunikasi Indonesia," ujar Jastiro berpikir positif.