MAJALAH ICT – Jakarta. Meski persoalan utang sebesar Rp. 10 triliun belum didapat solusi yang jelas, Bakrie Telecom (BTEL) berhasrat untuk terus eksis di bisnis telekomunikasi nasional. Untuk itu, anak usaha Bakrie Group ini akan menerbitkan saham baru sebesar Rp. 7 triliun.
Menurut rencana BTEL, penerbitan saham baru (rights issue) atau Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) akan dihargai Rp. 200 per sahamnya. Demikian disampaikan Direktur Utama BTEL Jastiro Arbi. "Target sekitar Rp 7 triliun dari rights issue dengan harga saham Rp 200," katanya.
Namun begitu, sebelum menerbitkan saham baru, BTEL masih menunggu ijin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atas aksi korporasinya tersebut. Hanya saja, BTEL berharap proses ini bisa cepat dilakukan, setidaknya pada kuartal II tahun ini. Bahkan kalau mungkin, dimulai bulan depan. "Kemungkinan bulan depan akan kita eksekusi setelah mendapat pernyataan efektif dari OJK," tambah Jastiro.
Meski BTEL terlihat bernafsu, namun persoalan tetap membelit perseroan, yang bahkan menjadi batu sandungan mendapatkan restu OJK. Apalagi, proses konversi utang sebesar Rp. 7 triliun menjadi saham, dikabarkan belum tuntas. Belum lagi, persoalan Bakrie Telecom Pte Ltd yang menghimpun dana asing yang cukup besar, yang seolah BTEL lepas tangan dan tidak menjadi bagian dari utang perusahaan yang masuk ke PKPU.
Selain itu juga, BTEL masih berutang cukup besar pada pemerintah, sebesar Rp. 1,2 triliun. Ini merupakan tunggakan BTEL terhadap Biaya Hak Penggunaan Frekuensi yang belum terbayar. Menurut Jastiro, utang kepada pemerintah memang tidak akan dikonversi menjadi saham. Pihaknua akan membayar secara mencicil. "Kita bayar secara bertahap," ujarnya.