Search
Kamis 12 September 2024
  • :
  • :

Bappenas Gelar Workshop Big Data untuk Mendukung RPJMN 2015-2019

MAJALAH ICT – Jakarta. Pulse Lab Jakarta menggelar workshop Big Data beberapa hari lalu di Bali Dynasty Resort. Workshop ini dalam rangka mendukung Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun (RPJM) 2015-2019. Workshop ini bertujuan untuk mengenalkan tentang kebutuhan informasi dengan pendekatan baru yang lebih tepat waktu untuk melacak dan memantau dampak krisis sosial-ekonomi baik lokal maupun global.

Kepala Pusat Data dan Informasi Perencanaan Pembangunan Kementerian PPN/Bappena, Oktorialdi, mengutarakan bahwa penyelenggaraan workshop ini adalah sosialisasi penerapan teknologi baru dalam penerapan RPJM Tahun 2015-2019. Kegiatan ini juga bertujuan untuk memperkenalkan pemanfaatan ‘Big Data’ kepada berbagai pihak terutama swata, akademisi, dan berbagai kementerian demi pemanfaatannya untuk sektor publik terutama perencanaan dan evaluasi program pembangunan.

Kegiatan menghadirkan tiga tema, yaitu: pertama, Big Data untuk pembangunan dan Pulse Lab Jakarta, dan kedua, Big Data dalam konteks Indonesia, serta ketiga,  alat dan metode big data. Pembicara yang mengisi worksop terkait tema Big Data untuk pembangunan dan Pulse Lab Jakarta adalah: Jonggun Lee (Data Scientist Pulse Lab Jakarta), Robert Kirkpatrick (Direktur Global Pulse), Oktorialdi (Kepala Pusat Data dan Informasi Perencanaan Pembangunan Kementerian PPN/Bappenas), dan Vivi Yulaswati (Direktur Perlindungan dab Kesejahteraan Masyarakat Kementerian PPN/Bappenas).

Hadir pula para pakar yang menjadi pembicara terkait Big Data dalam konteks Indonesia, yaitu: Heru Sutadi (Direktur Indonesia ICT Intitute), Yose Rizal (Founder Mediawave Analytics).  Dan Yudistira Dwi Wardhana Asnar (Lecturer di Study Program Informatics Engineering, STEI, ITB).

Sementara itu, untuk tema alat dan metode big data mengundang pembicara Tan Wijaya (Country Geographic Expansion Leader IBM Indonesia), Dody Sukmayadi (Kepala Pusat Sistem Jaringan dan Standarisasi Data Spasial Bakosurtanal), serta Iqbal Elyazar (Malaria Desease Mapping Researcher and Malaria Atlas Project Coordinator Indonesia-Eijkman-Oxford Clinical Research Unit) 

"Big Data" sendiri merupakan informasi dari media sosial, data ponsel, dan informasi online. Saat ini di Indonesia hampir semua orang terhubung atau memanfaatkan akses telepon genggam (smartphone) dan layanan jasa digital. Orang dimana pun sedang menciptakan data digital dalam jumlah yang banyak setiap harinya dalam beragam aktivitas termasuk saat jual-beli, transfer uang, mencari informasi, dan berbagi pengalaman di jejaring sosial dalam waktu nyata. Oleh karena itu, data-data digital tersebut akan dimanfaatkan Pulse Lab Jakarta untuk dapat membantu Pemerintah Indonesia memperoleh informasi serta menentukan kebijakan berdasarkan informasi digital yang tersebar di dunia maya.

Pulse Lab Jakarta awalnya diinisiasi oleh Global Pulse yang dicanangkan Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat pertemuan G20. Pulse Lab Jakarta berikutnya didirikan hasil kerja sama antara Perserikatan Bangsa-bangsa (United Nations) melalui Global Pulse dan Kementerian Pembangunan Perencanaan Nasional (BAPPENAS/PPN). Untuk pertama kalinya di Asia, Jakarta telah dipilih untuk itu. Ada tiga kota lain yang juga mendirikan Pulse Lab, yaitu Kampala di Uganda dan New York di Amerika Serikat. Indonesia sendiri merupakan pilot project untuk pengembangan Pulse Lab ini di dunia. 

Pulse Lab Jakarta diharapkan dapat memenuhi kebutuhan informasi dengan pendekatan baru yang lebih tepat waktu untuk melacak dan memantau dampak krisis sosial-ekonomi secara global dan lokal. Selain itu, Keberadaan Pulse Lab Jakarta membuat Indonesia dapat menjadi katalis untuk pendekatan baru, perencanaan, dan pelaksanaan pembangunan yang lebih baik. Sementara itu, mitra kerja pemerintah dalam hal ini yang terlibat dalam PLJ adalah: Bappenas (Direktorat Perlindungan dan KesejahteraanMasyarakat, Direktorat Perdagangan, Investasi, dan Kerjasama Perdagangan Internasional, Direktorat Energi, Telekomunikasi, dan Informasi, Direktorat Kesehatan dan Gizi), Kementerian Kesehatan, serta Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Pulse Lab Jakarta (PLJ) menghadirkan data scientists dari pemerintah, badan-badan PBB, akademisi, dan sektor swasta. Mereka akan menguji, mengembangkan dan menerapkan pendekatan dalam penggunaan data digital untuk menghadapi tantangan pembangunan. PLJ juga dapat menjadi pusat inovasi untuk mempelajari analitika media sosial guna mengidentifikasi populasi dan wilayah yang berada di bawah tekanan akibat dari fluktuasi harga komoditas dan penyebaran penyakit seperti malaria dan cholera.

Pulse Lab Jakarta akan melakukan eksplorasi informasi berupa analisis data telepon seluler, survei cepat menggunakan perangkat telepon genggam (ponsel maupun smartphone), serta pemetaan geo-spasial. Sejumlah isu yang akan dipantau lab data ini berupa topik yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial diantaranya seperti perubahan harga pangan, harga bahan bakar, dan juga ketenagakerjaan.

Media sosial seperti Twitter dan Facebook yang turut dianalisis juga mampu melakukan aproksimasi serupa terhadap data statistik resmi BPS terkait kajian kerentanan masyarakat terhadap isu sosial ekonomi. Pulse Lab juga akan melihat apakah media sosial dapat membantu mendeteksi, menghitung dan memahami tren-tren terbaru yang berhubungan dengan hal-hal yang menjadi keprihatinan masyarakat serta mencari strategi penyelesaian dalam waktu nyata.

Dwi Wardhana Asnar, dosen Program Informatics Engineering, STEI, ITB, mengutarakan bahwa worksop ini penting untuk sosialisasi pemanfaatan ‘Big Data”  di masa depan yang sangat prospektif. Hal itu dilatarbelakangi penggunaan dan keaktifan masyarakat Indonesia dalam dunia maya. Harapannya pemanfaatan data ini dapat direspon banyak pihak dengan baik. terutama oleh pemerintah, NGO, akademisi, komunitas dan pelaku bisnis.