MAJALAH ICT – Jakarta. Bolt yang telah memberikan layanan sejak akhir Desember lalu, hingga kini sudah memiliki 5000 pengguna. Bolt sendiri menggelar layanan di wilayah Jabodetabek dengan teknologi TD LTE di frekuensi 2,3 GHz. Bolt merupakan internet yang dioperator oleh PT Internux.
Layanan koneksi Bolt sendiri saat ini dirasa belum maksimal mengingat keterbatasan BTS yang membuat kecepatan Bolt dengan teknologi LTE yang seharusnya di atas 100 Mbps. Kondisi ini membuat, pengguna Bolt merasakan kecepatan layanan yang lemah atau diistilahkan dengan lemot.
Lemotnya layanan Bolt diakui oleh pihak Internux. Seperti disampaikan Devid Gubiani, CTO Internux, lemotnya pengguna menggunakan Bolt dikarenakan pengguna berada di bTS yang tidak begitu kuat atau blind spot. Karena itu, Internut pun menyatakan permintaan maafnya.
"Kami meminta maaf atas beberapa kejadian terkait menurunnya kecepatan 4G Bolt di beberapa area. Yang pasti kami tengah berusaha memperbaiki masalah tersebut agar layanan berjalan konsisten di seluruh wilayah,” tandas Devid. Upaya yang dilakukan Internux, kata Devid, ke depan adalah dengan membangun jaringan di kawasan Jabodetabek dengan 1.500 BTS bersama Huawei dan tiap BTS-nya dapat dioptimalkan untuk 100 orang.