MAJALAH ICT – Jakarta. Berita palsu di jejaring sosial Facebook ternyata lebih emnairk perhatian dibanding berita yang berdasar fakta. Menurut laporan berita Buzzfedd, data yang dianalisis mengungkapkan bahwa artikel yang dari situs-situs tipuan dan blog hyperpartisan menerima lebih banyak like, share dan comment di Facebook daripada cerita pemilu berkinerja terbaik dari sebagian besar sumbe berita .
Selama tiga bulan terakhir kampanye presiden AS, 20 cerita kinerja terbaik pemilu palsu masih harus dibayar lebih dari 8,7 juta interaksi di Facebook, sedangkan top 20 artikel dari publikasi besar seperti Washington Post, New York Times dan NBC News menghhasilkan 7,4 juta interaksi.
Sementara cerita-cerita termasuk laporan dimana Hillary Clinton menjual senjata untuk ISIS, sebuah tipuan yang mengklaim bahwa Paus telah mensahkan Donald Trump dan cerita lain mengklaim bahwa agen FBI menyelidiki penggunaan email Clinton dari server email pribadi telah ditemukan tewas.
Hoax mengenai dukungan Paus dari Trump menghasilkan 960.000 reaksi share dan komentar di Facebook dan mengungguli cerita pemilu berkinerja dari Washington Post, Huffington Post, CNN dan New York Times.
Analisis BuzzFeed menemukan bahwa cakupan pemilihan oleh outlet berita utama "dengan mudah melampaui" berita palsu pemilu di Facebook sampai tiga bulan terakhir kampanye, dimana titik keterlibatan dengan konten palsu melejit. Sebagian besar berita palsu mendukung Trump.
Facebook membantah tuduhan bahwa itu membantu dukungan suara untuk Trump dengan memungkinkan artikel baru palsu untuk berkembang biak tak terkendali di website. Mark Zuckerberg mengklaim hal itu "ide yang cukup gila". Dia juga menyarankan bahwa lebih dari 99% dari orang-orang melihat konten di Facebook adalah otentik dan mengatakan "sejumlah kecil" berita palsu pada platform media sosial tersebut tidak memiliki pengaruh hasil pemilu.
Namun beberapa karyawan Facebook telah membantah klaim ini, dan mengatakan konten yang dibuat "berlari liar" selama kampanye presiden. Dilaporkan kini telah diluncurkan investigasi internal secara diam-diam ke bagian Facebook untuk melihat dampak mempromosikan berita pemilu palsu.