MAJALAH ICT – Jakarta. Peluncuran BlackBerry Messenger (BBM) ternyata bukanlah solusi segala-segalanya atas kondisi keuangan BlackBerry yang porak-poranda. Meski BlackBerry merasa tidak ada masalah apa-apa, namun kekalutan akan karamnya BlackBerry tetap menjadi momok perusahaan yang dulu bernama Reserach in Motion (RIM) ini. Harapan mendapatkan investor seperti dari FairFax gagal total karena FairFax tidak bisa mengamankan dana cash-nya mengingat kepercayaan perbankan yang juga menurun setelah melihat kondisi BlackBerry.
Alhasil, CEO Blackberry Thorsten Heins pun diganti. Penggantian Heins ini diyakini karena kegagalan mendapatkan investor merupakan kegagalan yang kesekian saat di bawah kendali Heins. Kegagalan lainnya adalah gagalnya BlackBerry menjual produk-produk yang dianggap lebih maju dibanding produk sebelumnya, terutama BlackBerry 10. Dipasaran, BlackBerry Z10, Q10, A30, Q5, jeblok dipasaran. Selain keluar dari kebiasaan BlackBerry menghadirkan QWERTY selain layar sentuh, BlackBerry dianggap memberikan angin surga bagi pengguna BB di wilayah Asia. BB murah Q5 yang digembar-gemborkan ternyata tidak semurah yang diperkirakan, atau dapat dibilang bukan BB murah karena harganya dapat dikategorikan mahal.
Selain itu, secara umum, pengguna BB juga kian merosot. Lihat saja di Indonesia, ketika BBM lintas platform dibuka, banyak yang mengunduhnya dan menggunakan OS Android untuk menjalankan BBM. Ada dua hal yang mungkin jadi penyebabnya, kebosanan terhadap BB, dan juga BBM yang lelet sehingga membuat pengguna juga banyak beralih ke instan meesaging lain seperti Wahtsapp, LINE, Kakao Talk, WeChat dan lainnya.
Dalam laporan keuangan BlackBerry di kuartal II 2013, dilaporkan bahwa BlackBerry menderita rugi bersih sebesar USD 965 juta atau sekitar Rp 10,5 triliun. Pada kuartal II tahun ini, pendapatan BlackBerry sebesar USD1,6 miliar atau turun 49 persen dari kuartal yang sama tahun lalu.
Jumlah perangkat yang berhasil BlackBerry jugal pada kuartal tersebut hanya sebanyak 3,7 juta unit saja. Itupun sebagian besar dari perangkat yang terjual masih menjalankan sistem operasi BlackBerry 7, bukan perangkat dengan BlackBerry 10 OS.