MAJALAH ICT – Jakarta. BRI tinggal selangkah lagi untuk mendapatkan restu mengelola slot orbit 150,5 BT. Perebutan slot orbit antara Indosat dan BRI akan diakhir dengan keberpihakan pemerintah pada ‘Merah Putih’. Ini artinya, dibanding Indonesia yang mayoritas dikuasai asing, Kementerian Komunikasi dan Informatika akan lebih memilih BRI untuk mendapat alokasi slot orbit 150,5 BT.
Demikian sinyal kuat itu disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring. "Indosat itu nanti akan sewa ke BRI, karena kemungkinan arahnya BRI yang memiliki," kata Tifatul di Kementerian Kominfo, Jakarta.
Namun begitu, nampaknya ada skema yang dijalankan antara BRI dengan pengelola lama slot orbit, Indosat. Dan sekarang masih dalam tahap pembicaraan business-to-business (B2B). "Ini tinggal menunggu mereka diskusi B2B antara mereka berdua, penyelesaian admnistratif. Begitu sudah ada diskusi selesai, surat putusan keluar. "Intinya harus ada kerja sama di antara keduanya, misal dengan skema Condosat," terang Tifatul.
Apa yang dikatakan Tifatul mempertegas pernyataan mantan Presiden PKS ini sebelumnya, untuk mengoptimalkan kepentingan ‘Merah Putih’. "Indosat kan saat ini kepemilikannya mayoritas asing," kata Tifatul. Yang dimaksud dengan ‘Merah Putih’ di sini adalah perusahaan BUMN, yang dalam hal ini ada BRI.
Menurut Tifatul, BRI hingga kini masih dimiliki mayoritas oleh Pemerintah. Namun begitu, BRI belum dapat langsung diberikan amanah tersebut. PAsalnya, BRI belum memiliki ijin sebagai penyelenggara jaringan bergerak satelit, dan harus lebih dulu mengurus ijin tersebut.
Bank Rakyat Indonesia sendiri menyatakan siap mengoperasikan slot orbit 150,5 BT yang saat ini dialokasikan ke Indosat. Namun begitu, BRI masih menanti keputusan pemerintah mengenai hak mengelola slot orbit tersebut. Menurut Direktur Utama BRI sofyan Basir, pihaknya sudah menyiapkan dana Rp. 3 triliun untuk embeli satelit.
"Kita siapkan dana sebesar Rp. 3 triliun untuk membeli satelit sendiri," ungkap Sofyan. Dijelaskanya, pembelian satelit tersebut untuk memudahkan komunikasi jaringan kantor dan ATM se Indonesia. Selama ini BRI menyewa ke provider untuk persoalan jaringan komunikasi tersebut. "Kita beli satelit, kami hari ini menggunakan transponder 20-22. Kita sewa dari 7 provider komunikasi. Sedangkan yang memiliki satelit hanya 3 provider saja," tegasnya.
Dengan begitu, tambah Sofyan, BRI ke depan tidak ingin menyewa lagi jaringan komunikasi. "Kita nggak mau sewa lagi jaringan komunikasi, sebab 23 ribu titik ekonomi jauh lebih menguntungkan sampai 15-18 tahun mendatang," katanya.
Pernyataan Sofyan senada dengan apa yang disampaikan Sekretaris Perusahaan BRI, yang menyatakan secara prinsip BRI siap mengelola slot orbit tersebut. Bahkan semua dokumen pendukung, administrasi dan pendanaan juga sudah siap. "Kami menunggu keputusan pemerintah terhadap hak mengoperasikan slot orbit 150,5 BT tersebut," kata Ali.