MAJALAH ICT – Jakarta. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk memastikan bahwa peluncuran satelit BRISat akan dilakukan pada Juni mendatang. Hal itu setelah satelit itu sendiri dinyatakan selesai pembuatanya dan dibawa ke lokasi peluncuran di Kourou, French Guyana, Amerika Selatan. Demikian diungkapkan Direktur BRI Haru Koesmahargyo.
“Pembuatan satelit sudah selesai dan saat ini sudah dibawa ke lokasi peluncuran di French Guyana, Amerika Selatan. Sesuai rencana, satelit tersebut akan diluncurkan pada awal Juni,” kata Haru.
Satelit BRI ini disebutkan akan diluncurkan pada 8 Juni 2016 ini. BRISat akan mengangkasa menuju slot orbit 105,5 derajat yang menjadi orbit tetapnya, seperti dikatakan SEVP IT Strategy & Satelite BRI Hexana Tri Sasongko. "Setelah itu testing dan total tiga bulan baru terkoneksi,” katanya. Meski diluncurkan pada Juni mendatang, namun manfaat BRISat belum bisa dirasakan langsung dan baru akan terasa fungsinya pada akhir tahun karena pihak BRI membutuhkan waktu integrasi selama 1 tahun.
Ditambahkannya, untuk mendukung kerja satelit di luar agka, BRI juga sudah membangun primary satellite control facility di Ragunan, Jakarta Selatan dan Tabanan, Bali. BRI juga tengah mendidik 15 sampai 18 orang ahli satelit Indonesia di Amerika Serikat. "Begitu satelit diluncurkan, peserta didik akan kembali ke Indonesia untuk siap bekerja menjalankan infrastruktur,” jelasnya.
Menurut Hexana, peluncuran satelit ini akan dilakukan di awasan peluncuran milik Arianespace di Kourou, Guyana Prancis, Amerika Latin dengan roket Ariane 5. “Diluncurkan di Kourou karena dekat dengan ekuator dan cuacanya paling stabil di dunia,” yakinnya. Hexana menjelaskan juga bahwa BRIsat merupakan tipe satelit komunikasi. Adapun, umur dari BRIsat dengan total berat 3.450 kg dan berlokasi orbit 36 km di atas equator secara elektronis adalah 15,1 tahun, namun bisa beroperasi hingga 17 tahun.
Hexana menambahkan, BRI mengoperasionalkan 45 transporder, 4 diantaranya diserahkan ke pemerintah. Selaku pemilik orbit, pemerintah mendapatkan Rp 70 juta per tahun per transporder dan kepastian bahwa orbit milik pemerintah 105,5 BT tidak hilang. "Tahun ke-13 BRI sudah punya plan untuk renew supaya orbitnya nanti tidak diambil pihak lain,” ujarnya.
BRI yakin, proyek yang menelan total biaya sekitar 250 juta dolar ini akan kembali modal dalam tujuh tahun. “Berdasarkan feasibility study yang kami lakukan, BRIsat akan break even point dalam tujuh tahun. Pada tahun ke delapan akan mulai untung. Jadi, secara bisnis, BRIsat ini menguntungkan,” pungkas Hexana.