Search
Sabtu 22 Maret 2025
  • :
  • :

BRTI: BRI Tak Perlu Bangun Stasiun Bumi dan Operasikan Satelit Sendiri

MAJALAH ICT – Jakarta. BRI telah resmi menandatangani rencana peluncuran proyek mercusuar yang berupa satelit dengan nama BRISat. Satelit ini dibeli dengan menggandeng perusahaan asal Amerika Space System/Loral, LCC (SSL) dan Airnespace dari Prancis. Pembelian satelit ini dilakukan guna memperlancar lini bisnis BRI. Terkait dengan rencana ini, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), berpesan agar BRI tidak perlu membangun stasiun bumi dan mengoperasikan BRISat sendiri.

Demikian dikatakan Anggota BRTI, Nonot Harsono. "Condosat oke, patungan transponder oke, kuasai server dan masing-masing saluran okay, tapi sopirnya biarlah yang sudah punya SIM, yaitu operator telekomunikasi," ujar Nonot. Maksudnya, karena sudah ada beberapa oeprator memiliki stasiun bumi dan mengoperasikan satelit eksisting, baiknya BRTI menggunakan saja jasa operator yang telah memiliki ijin penyelenggaraan satelit bergerak. Menurut Nonot, sekarang sudah tidak jamannya operasional satelit dilakukan sendiri, sehingga lebih baik di-‘outsource’.

Upaya ini, kata Nonot, untuk mendorong penyelenggaraan yang tertib dan menekan arogansi yang tidak perlu dan menghambat persatuan Indonesia. "Kita berharap jadi pelopor persatuan Indonesia. Syukur bila bisa dimulai dari case satelit ini. Sebab ini akan besar manfaatnya untuk rakyat banyak," tandas Nonot.

Sebagaimana diketahui, untuk meluncurkan BRISat, BRI harus merogoh kocek Rp. 2,5 triliun. Satelit ini akan menjangkau wilayah layanan Indonesia, dan negara-negara ASEAN, Asia Timur termasuk sebagian China, serta sebagian Pasifik termasuk Hawaii dan Australia Barat. BRISat akan memiliki 36 transponder 36 MHz di C-Band dan 9 transponder 72 Mhz di Ku-band.

Direktur Utama BRI Sofyan Basir mengatakan, satelit yang dibeli perseroan ini memang cukup bagus. Pembelian ini, katanya, untuk efisiensi. "Kami punya cost cukup signifikan, selama ini komunikasi kita rendah, itu menyebabkan kualitas kami terhambat," jelasnya. Ditambahkannya, dengan memiliki satelit sendiri, perseroan dapat mengurangi biaya sewa satelit menjadi lebih efisien. "Katakanlah satelit ini bisa berumur 15 tahun, dan bisa diperpanjang, maka biaya yang dikeluarkan sekira Rp.2,5 triliun," katanya.