MAJALAH ICT – Jakarta. Isu penyadapan yang terjadi terhadap Presiden susilo Bambang Yudhoyono, Ibu Negara Ani Yudhoyono dan beberapa menteri, menjadi bola liar dan panas. Operator-operator telekomunikasi ketika idpanggil Menteri Komunikasi dan Informatika menyampaikan bahwa mereka semua bersih dan tidak terkait dengan penyadapan.
Sampai kemudian Pengamat Telematika KRMT Roy Suryo menyampaikan bahwa Indosat adalah pihak patut diminta pertanggungjawabannya terkait penyadapan yang terjadi terhadap SBY. Karena itu, Roy pun mendukung upaya pencabutan slot orbit 150,5 BT dari Indosat karena terbukti hanya untuk memata-matai, termasuk keluarnya Timor-Timur dari Indonesia.
Roy pun menyodorkan bukti-bukti. Dalam paparan 10 halaman yang dibuat Roy, dijelaskan bagaimana penyadapan di Indonesia terjadi. "Ini File Presentasi / Powerpoint saya sepuluh tahun yg lalu. Intinya, sebenarnya bahaya tersebut sudah pernah saya sampaikan satu dekade lalu, namun sayangnya baru sekarang berani ada karena ada ketegasan SBY," kata Roy.
Menurut Roy yang juga petinggi Partai Demokrat ini, Indosat memiliki infrastruktur telekomunikasi paling lengkap, mulai dari jaringan serat optik, satelit hingga BTS seluler dan FWA. Diungkap oleh Roy, sejak satelit Palapa bukan milik Indonesia, sejak itulah penyadapan dilakukan.
Menyoal slot orbit 150,5 BT, PT Telkom Tbk menyatakan ketertarikannya untuk mendapatkan slot orbit satelit di 150.5 Bujut Timut (BT) yang saat ini dalam posisi masih dikelola PT Indosat Tbk. Slot orbit yang akan diambil pemerintah karena Indosat dinilai tidak serius memanfaatkannya ini dinilai sangat strategis untuk mendukung kualitas layanan dan ekspansi Telkom.
Keinginan Telkom itu disampaikan Vice President Public Relations Telkom, Arif Prabowo. "Kami menunggu kepastian dari pemerintah, jika kosong akan Telkom ambil alih," kata Arif. Dijelaskan Arif, slot orbit satelit 150.5 BT sangat strategis untuk mendorong kinerja Telkom kedepannya.
Telkom menilai, kata Arif, slot satelit tersebut bisa dimanfaatkan untuk mendukung infrastruktur penunjang kualitas layanan dan masuk ke pasar bisnis internasional. "Backbone menggunakan kabel belum menutup seluruh daerah sehingga bisa didukung lewat satelit dan menjadi pintu masuk untuk bermain di pasar bisnis internasional," katanya.
Namun begitu, jika tidak bisa mengambil alih, tambahnya, Telkom juga siap untuk menyewa berkontribusi kepemilikan orbit satelit 150.5 BT.