MAJALAH ICT – Jakarta. Kecenderungan membawa sendiri perangkat untuk bekerja dan mengakses aplikasi kantor, membuat sesungguhnya fenomena Bring Your Own Device (BYOD) sudah hadir di Indonesia. Dengan begitu, hal ini akan memberi dampak luas terhadap kelangsungan usaha di Indonesia.
Menurut Teguh Prasetya dari Indonesia Cloud Forum, konsekuensi BYOD akan berdampak baik dari sisi penyediaan perangkatnya, layanan jaringan akses baik korporat maupun konsumernya hingga aplikasi dan konten yang merupakan konsekuensi tren BYOD. "Tren BYOD juga diproyeksi lebih cepat lagi semakin meluasnya adopsi layanan cloud publik maupun private di Indonesia, sehingga sangat dibutuhkan pembahasan yang komprehensif bagi pelaku usaha guna mengantisipasi dalam penerapan BYOD di lapangan, semisal end-to-end security, back-end support, single sign-on authentication, hingga seamless integration dengan multiple device tersebut," kata Teguh dalam seminar ‘Ready or Not, BYOD is Here’ di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, yang diadakan Indonesia Cloud Forum bekerja sama dengan dengan PT Media Bisnis Telematika sebagai penerbit IndoTelko.com.
Sementara, Director Marketing & Sales Telkomsigma Otto B Hantoro berpendapat, yang membuat BYOD bisa berkembang adalah matangnya ekosistem digital di satu negara. "Ciri lainnya adalah kolaborasi berinovasi di antara pelaku usaha untuk mendorong cloud computing," kata Otto. Ditambahkannya, "Peluang BYOD ini terdapat pada produk Desktop as a services untuk aplikasi. Di jaringannya bisa ditawarkan enterprise cloud storage dimana semuanya Telkomsigma miliki sebagai bagian dari Telkom Group."
Chief Digital Services Officer XL Axiata Dian Siswarini mengatakan, BYOD dapat menciptakan peluang tenaga kerja yang lebih bergerak, selain meningkatkan kepuasan karyawan juga dapat mengurangi biaya. BYOD juga mendorong terciptanya inovasi bisnis dengan peningkatan jumlah pengguna aplikasi bergerak diluar jalur tradisional seperti email dan gadget. "Untuk itu, dalam menghadapi trend BYOD operator harus menyesuaikan antara kendala yang dihadapai dalam implementasi BYOD dengan terget layanan yang ditetapkan perusahaan. Operator juga harus mempertimbangkan rekanan BYOD teknologi mitra untuk menyediakan solusi layanan," papar Dian.
Strategic Business Development Director Intel Indonesia Corporation, Harry K. Nugraha menjelaskan, hambatan bagi perusahaan bukan lagi akses terhadap informasi, tetapi kemampuan untuk mengoneksikan orang dengan informasi yang tepat pada waktu yang tepat. Meningkatkan kemampuan perangkat konsumer dengan aplikasi bisnis yang sama menjadi kunci dalam menggerakkan produktivitas dan keterlibatan karyawan dalam memajukan perusahaan.
Dari pemerintah, melalui Direktur e-Business Ditjen Aptika Kementerian Kominfo, Azhar Hasyim, melihat bahwa faktor yang perlu diperhatikan dalam tren BYOD ini ialah semakin meningkatnya perangkat yang karakteristiknya semakin memudahkan pola aplikasi yang tersinkronisasi antara perangkat dengan pusat aplikasi cloud server. "Semakin populernya perangkat BYOD maka pemanfaatan model cloud akan semakin besar dan juga akan semakin besar ketergantungannya terhadap cloud itu sendiri. Terhadap hal ini paling tidak ada dua aspek yang perlu dicermati," jelasnya.