MAJALAH ICT – Jakarta. Cyberbullying menjadi hal yang kerap terjadi di media sosial. Terakhir yang terjadi di Indonesia, bagaimana Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno di-bully di media sosial karena perkataannya mengenai "orang-orang tidak jelas" dan mengasosiakan kata "Tedjo" dengan arti" tidak jelas. Artis muda, Waliana Ahmad May yang berencana ikut rombongan jaga stand di film market juga di-bully karena dianggap mengaku dirinya artis dan simpanan pejabat sehingga diikutkan dalam delegasi ke Berlinale Film Festival.
Apa yang terjadi di media sosial, khususnya Twitter, diakui CEO Twitter Dick Costolo sebagai hal yang menyebalkan karena kejadian seperti bullying tersebut akan membuat pengguna Twitter satu per satu pergi. Dan ini yang juga menjadi sorotan karyawan, yang didapat bocorannya ole The Verge, bahwa sesungguhnya perusahaan bisa berbuat lebih banyak.
Dalam bahasa jujur, Costolo mengakui betapa buruknya Twitter melakukan dalam menangani cyberbullying, dan mengatakan ia "malu" dan mengambil tanggung jawab atas kegagalan perusahaan. Costolo mengatakan, "Kami malu dengan penyalahgunaan pada platform dan kami telah malu selama bertahun-tahun Bukan rahasia dan seluruh pembicaraan dunia tentang hal itu setiap hari kami kehilangan pengguna inti, setelah pengguna inti tidak dapat menangani masalah serangan yang dihadapi setaip hari."
"Saya terus terang malu seberapa buruk kita sudah berurusan dengan masalah ini selama masa jabatan saya sebagai CEO. "Saya bertanggung jawab penuh karena tidak menjadi lebih agresif di depan ini. Ini bukan kesalahan orang lain, tapi saya dan itu memalukan," tambah Costolo.
Ditegaskannya juga, "Kami harus dapat memberitahu satu sama lain tentang kebenaran, dan kebenaran yang semua orang di dunia tahu adalah bahwa kita tidak efektif berurusan dengan masalah ini bahkan jauh ke tingkat kita harus sekarang, dan itu pada saya. Jadi sekarang kita akan memperbaikinya, dan saya akan bertanggung jawab penuh atas memastikan bahwa orang-orang bekerja siang dan malam di ini memiliki sumber daya yang mereka butuhkan untuk mengatasi masalah ini, bahwa ada garis yang jelas tanggung jawab dan akuntabilitas, dan bahwa kita tidak berdalih dalam keputusan dan pilihan kita."