MAJALAH ICT – Jakarta. Era Masyarakat Ekonomi ASEAN sudah tiba. Era ini mengharuskan setiap pelakunya harus mempunyai jejak rekam yang jelas akan kompetensi dirinya dan diakui oleh banyak lembaga di kawasan internasional. Di semua industri, termasuk ICT business, tantangan yang sama juga akan dihadapi.
Demikian disampaikan oleh Reni Lestari Razaki, Direktur Jasa Pengembangan Eksekutif PPM Manajemen, dalam diskusi panel ICT Business Forum dengan tema “Capability Building for ICT’s Indonesia to Win Competition in ASEAN Economic Community” yang diselenggarakan oleh PPM Manajemen dan MASTEL bertempat di Auditorium PPM Manajemen. "Kalau bicara inovasi tentunya perusahan harus didukung oleh SDM yang memiliki kompetensi. Peningkatan kompetensi ini bisa dilakukan melalui kegiatan pelatihan pada level staf sampai dengan senior manajer yang mencakup kompetensi untuk efektivitas pribadi, memanajemeni unit kerja, dan memanajemeni bawahan," katanya dalam acara kolaborasi PPM Manajemen dan Mastel.
Apalagi, katanya, Indonesia sebagai salah satu dari negara dengan populasi yang cukup besar, harus menjadi bagian penting dari upaya memenangkan persaingan di kawasan regional ASEAN. “Sungguh tema yang sangat menarik untuk didiskusikan bersama mengingat saat ini perkembangan teknologi informasi sedemikian pesatnya,” ujar Reni.
Menurut data yang dikeluarkan Lembaga Riset Pasar e-Marketer, terdata pengguna internet di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 83.7 juta orang dan menempatkan Indonesia di peringkat ke-6 dunia dalam hal jumlah pengguna internet. Besarnya pangsa pasar telekomunikasi di Indonesia membuat persaingan di industri telekomunikasi kian ketat. Ketatnya persaingan industri telekomunikasi saat ini dibarengi dengan mulai diterapkannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dimana salah satu yang terkena dampak persaingan bebas MEA adalah penyediaan tenaga kerja. Kondisi tersebut mau tidak mau akan membuat perusahaan telekomunikasi harus terus berinovasi, termasuk dalam pengelolaan sumber daya manusia.
Menurut Reni, karena SDM adalah pelaku dari upaya memenangkan persaingan, maka disitulah letak pentingnya membangun kompetensi dan sertifikasi SDM ICT business sebagai sebuah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan daru upaya memenangkan persaingan pasar ICT di Indonesia. “Inovasi basisinya SDM berkualitas, jika perusahaan tidak mendukung hal ini, maka lupakan persaingan di era MEA,” katanya.
Salah satu bentuk peningkatan kompetensi yang dimaksud Reni adalah melalui program sertifikasi profesi. Karena Sertifikasi akan menunjukkan kompetensi seseorang yang telah mendapatkan pengakuan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Dengan telah diakuinya kompetensi seseorang, diharapkan bisa bersaing menghadapi MEA.
Masyarakat Telekomunikasi melalui Ketua Umum Mastel, Kristiono menyatakan bahwa untuk meningkatkan daya saing, sertifikasi profesi bisa jadi salah satu solusi mengadapi ketatnya persaingan di ICT business. “Untuk meningkatkan daya saing, sertifikasi bisa menjadi salah satu pertimbangan dalam menghadapi ketatnya persaingan di industri telekomunikasi tidak hanya di Indonesia, tapi juga dengan tersertifikasinya SDM di industri telekomunikasi, juga siap dalam menghadapi gempuran tenaga kerja dari ASEAN yang masuk ke Indonesia,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini juga dilakukan Grand Launching Strategi antara PPM Manajemen dan Mastel Academy dalam rangka meningkatkan kapabilitas insan di industri Informasi dan Teknologi Komunikasi untuk memenangkan kompetisi dalam MEA. Keputusan MASTEL untuk bekerja sama dengan PPM Manajemen, karena melihat pengalaman panjang PPM Manajemen selama 49 tahun dalam pendidikan dan pengembangan manajemen. Dengan jasa layanan manajemen yang terintegrasi, PPM Manajemen sendiri siap mendukung MASTEL dalam meningkatkan kapabilitas insan di industri ICT dalam menghadapi MEA.