MAJALAH ICT – Jakarta. Hebohnya isu penyadapan yang terjadi, menurut Alfitra Salamm, Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), merupakan saatnya bagi Indonesia untuk berpikir mengembangkan dan menggunakan aplikasi dalam negeri.
Demikian dikatakan Alfitra dalam diskusi diskusi bertajuk ‘Generasi Muda Bangsa Menyikapi Aksi Penyadapan‘ yang digelar Kantor Kemenpora. "Seeperti email, banyak dari kita pakai Yahoo. Padahal Yahoo, Google itu tidak aman, mereka akan buka atau sadap. Saatnya kita memikirkan untuk menggunakan aplikasi dalam negeri," kata Alfitra.
Namun begitu, katanya, dari kaca mata hubungan internasional, sadap-menyadap itu merupakan hal biasa. "Karena itu jangan terlalu reaktif. Dan meski Presiden memanggil pulang Dubers RI di Australia sebagai tindakan yang tegas dari pemerintah, demo-demo soal penyadapan ke Kedubes Australia tidak sebesar demo ke Kedubes Malaysia saat ada kasus Ambalat, TKI kita yang mau dihukum," ujarnya.
Dan diyakinkan, kita juga harus siap dengan gelombang informasi penyadapan berikutnya. "Ini baru gelombang pertama, akan ada gelombang-gelombang bocoran informasi penyadapan berikut," kata Alfitra.
Apa yang disampaikan Alfitra, diamini Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, dimana kita harus bersiap. "Dikabarkan ada ada 1500 dokumen Australia yang bocor. Jadi informasi Edward Snowde bahwa Presiden SBY disadap ini baru halaman pertama, akan ada halaman-halaman berikutnya," tukasnya.