Search
Rabu 11 September 2024
  • :
  • :

E-Lifestyle | Kerja Tanpa Kantor, Siapa Takut!

Oleh: ONNO W. PURBO*

Mungkin tidak pernah terbayangkan oleh sebagian besar orang tua kita bahwa pada hari ini dan kemungkinan besar dimasa mendatang bahwa bekerja tidak identik dengan berkantor.

Pada tempo dulu, bekerja di kantoran, bekerja di sebuah institusi atau perusahaan ternama mungkin terkesan sangat bergengsi dan menjadi kelas elit tersendiri pada para orang tua kita. Kalau kita bekerja sendiri, di rumah, di cap orang tak berguna lah, tidak terpakai dan lainnya.

Sialnya, pada hari ini, para orang tua tampaknya harus gigit jari & menerima kenyataan bahwa justru semakin banyak dan semakin bergengsi pekerjaan-pekerjaan yang tidak mempunyai kantor. Mengapa? Karena pada akhirnya yang di tuntut dari seorang profesional bukan absensi kantor-nya melainkan target /hasil/pencapaian objektif.

Dalam banyak kesempatan, banyak terlihat profesional dengan mobilitas tinggi, kalaupun mempunyai kantor sering kali meninggalkan kantor-nya – bahkan sangat lumrah jika pekerjaannya dikerjakan di rumah atau sambil ngobrol dan minum kopi di cafe bersama mitra-mitra-nya.

Leisure, hobby, kebebasan dan mengerjakan apa yang mereka sukai sangat dominan di diri para profesional tersebut. Apakah ini mirip dengan pola / budaya seniman? Entahlah, tapi tampaknya memang demikian adanya.

Bukan hal yang aneh jika kita melihat teman-teman profesional ini seakan tidak terikat pada satu kantor yang tetap. Pekerjaan servis yang mengandalkan profesionalitas dan keahlian yang sangat spesifik menjadi sangat dominan diantara para professional yang umumnya masih muda antara usia 27-40-an tahun.

Penghasilan jangan ditanya, Rp5 juta-Rp10 juta merupakan pendapatan kotor minimal diantara profesional ini, jelas jauh lebih baik daripada fresh graduate yang umumnya Rp2.500.000 / bulan dari pekerjaan tetap di kantoran itu.

Laptop, tablet, notebook, netbook, smartphone, handphone menjadi peralatan yang sangat lumrah bagi para profesional tersebut. Yah, minimal akses ke WARNET yang didukung dengan handphone menjadi ciri khas para rekan muda tersebut.

Komunikasi yang intens menjadi ciri khas dari para profesional ini, email traffic di berbagai mailing list yang diselingi oleh banyak berita SMS berseliweran di layar ponsel menjadi bagian integral kehidupan mereka.

Bahkan sebagian besar berkas pekerjaan-pun banyak dikirim dalam bentuk attachment di e-mail. Memang kadang sebagian merupakan canda tawa diantara mereka, tapi itulah bagian dari keakraban kehidupan di dunia tanpa batas yang banyak di nikmati terutama oleh profesional muda maupun mahasiswa/siswa.

Unified Messaging

Pada tingkat yang lebih serius, jangan kaget jika di kereta api, ruang tunggu airport, pesawat terbang melihat para profesional asyik bekerja secara online pada BlackBerry, Samsung Galaxy, atau iPad.

 sangat terasa saat ini – integrasi antara berita SMS ke e-mail dapat menjadi saling terkait & sangat membantu para eksekutif & profesional mobile untuk bermanuver di dunia informasi.

Yah itulah kantor mereka, itulah gaya bekerja mereka, gaya hidup sebagian profesional muda yang sangat mobile pada hari ini. Bukan mustahil jumlah mereka akan semakin banyak di masa mendatang. Investasi peralatan US$400-US$1000 menjadi ter-justified dengan pendapatan kotor mereka yang antara US$500- US$1.000/bulan.

Harus di akui bahwa biasanya ada ketakutan mendasar pada sebagian besar orang untuk mengadopsi gaya hidup dunia cyber yang tidak bertumpu pada konsep lama dalam bekerja yang biasanya bertumpu pada pekerjaan perkantoran / atau menjadi pegawai tetap.

Ketakutan bahwa tidak ada penghasilan tetap dan ketakutan tidak ada pengakuan status oleh masyarakat.

*Onno W. Purbo. Pakar Internet.