MAJALAH ICT – Jakarta. Sekitar 64 persen konsumen di Asia Pasifik bersedia berbagi data pribadi demi mendapatkan pengalaman yang lebih dipersonalisasi. Jika data tersebut tidak dimanfaatkan, maka sesungguhnya sebuah perusahaan telah melewatkan kesempatan luar biasa untuk membuka nilai yang lebih besar dan kemampuan berinovasi secara lebih cepat.
Hal tersebut dikatakan oleh Stuart Fisher, Regional Vice President, Asia Pacific and Japan, Couchbase, baru-baru ini. Menurutnya, peningkatan pengalaman dan kepuasan pelanggan menjadi kunci untuk menjadi berbeda dan unggul di tengah situasi pasar yang mulai jenuh dan terbagi sangat luas. Dia mencontohkan Adobe, yang di kawasan Asia Pasifik mencatatkan peningkatan pengeluaran untuk peningkatan pengalaman pelanggan. Demikian juga dengan sekitar 60 persen perusahaan lain yang mempercepat investasi mereka dalam teknologi data pelanggan.
“Tapi tentu mereka ini harus fokus mendapatkan data yang berguna yang mendukung bisnisnya. Data seperti ini bisa didapatkan melalui operasional data real time, yaitu kombinasi analisis dan visualisasi data,” kata Stuart .
Dia melanjutkan, melalui analisis yang baik dan visualisasi data yang akurat organisasi dapat mengidentifikasi korelasi seluruh variabel. Pengambilan keputusan pun lebih strategis yang pada akhirnya dapat meningkatkan pengalaman dan kepuasan pelanggan. Jika analisis dan visualisasi data diterapkan secara tepat, hal-hal kecil dari perilaku konsumen bahkan dapat ditelusuri. Dampaknya tidak hanya pada peningkatan penjualan tapi penemuan pasar potensial yang baru dan peluang untuk berinovasi.
Visualisasi data modern
Pemahaman pola secara lebih efisien menurut Stuart sangat penting agar secara sekilas dapat memahami data dalam jumlah besar. Dengan pengguna yang lebih canggih dan mengharapkan lebih banyak dari pengalaman digital mereka, perusahaan harus memiliki kemampuan memahami efektivitas strategi. Ditambah lagi tren digital saat ini yang awalnya didorong situasi pandemi, pada akhirnya cenderung akan tetap permanen menurut McKinsey’s Consumer Pulse Survey.
Penerapan visualisasi data yang baik sudah dapat dilihat di banyak sektor. Di bidang energi misalnya, data yang begitu kaya dari rig minyak lepas pantai awalnya sulit ditafsirkan karena berupa titik-titik dan angka. Setelah diubah menjadi grafik visual dengan segmentasi seperti faktor lingkungan, suhu, tekanan, laju aliran, dan lainnya maka menjadi jauh lebih mudah dipahami sebagai basis pengelolaan dan prediksi produksi maupun permintaan minyak.
“Basis data dan alat visualisasi data yang tepat membuat data yang diproses bisa lebih banyak dan analisisnya langsung real-time. Operasi minyak dan gas pun berjalan lebih efisien sehingga tingkat produksi menjadi sehat,” ujar Stuart.
Demikian juga di layanan kesehatan, proses visualisasi data serupa akan membantu rumah sakit dan klinik mengoptimalkan pendapatan. Data yang terkait sangatlah banyak dan beragam mulai dari prosedur yang dilakukan pada pasien, alasan dan frekuensi kunjungan pasien sampai data perawatan kesehatan dari penyedia layanan dan asuransi. Visualisasi data sangat dibutuhkan perannya untuk mengekstrasi semua itu agar dapat menarik kesimpulan yang tepat.
Sedangkan di bisnis ritel, visualisasi data juga berguna ketika toko kelontong, grosir bahkan supermarket mengembangkan rencana pemasaran dengan menganalisis seberapa sering dan kapan konsumen memanfaatkan benefit program membership alias keanggotaan. Ketika semua data yang tersebar dapat disatukan, terutama ketika platform pengolahan data mampu memberikan pandangan secara real-time untuk pembuatan keputusan, pelanggan dapat lebih merasakan pengalaman yang lebih personal yang berujung pada pertumbuhan, penjualan, dan kepuasan pelanggan secara keseluruhan.
“Intinya data adalah cerita para konsumen, dan tools visualisasi membantu menyatukannya,” tegas Stuart yang sejak 2004 sudah berbasis di Singapura tersebut.
Itulah sebabnya tools atau alat visualisasi data yang andal sangatlah penting. Tantangan utama dari analisis data adalah kompleksitasnya, baik kompleksitas data, sistem, biaya, waktu hingga kemampuan terhubung dengan sumber data. Sementara di balik semua kompleksitas tersebut, pada saat bersamaan alat ini harus mudah digunakan untuk mengekstrak kesimpulan dari data yang diproses.
Kemudahan tersebut termasuk misalnya jika ada keinginan untuk memvisualisasikannya secara mudah di dasbor sehingga mesti lebih ringkas dan fokus. Belum lagi bicara tentang keamanan data, kemudahan pengelolaan dan perawatan hingga nilai ekonomis. Platform juga mesti memiliki kemampuan untuk membawa data dari machine learning dan data yang berada dalam sistem di luar platform jika kelak sumber data berkembang pesat.
Jadi intinya, jelas Stuart, visualisasi dan analisis data membantu organisasi mengukur kinerja bisnis sekaligus memungkinkan pengambilan keputusan yang cepat. Dengan memanfaatkan data dokumen NoSQL secara real time, pengguna dapat menganalisis data secara instan tanpa perlu melakukan transformasi data apa pun.
“Data dan analisisnya adalah kunci bagi bisnis untuk membangun loyalitas merek dan mempertahankan pelanggan dengan lebih baik,” pungkasnya.
Author: Stuart Fisher, Regional Vice President, Asia Pacific and Japan, Couchbase