Search
Kamis 19 September 2024
  • :
  • :

Indonesia Masih Butuh Investasi Serat Optik Rp8 Triliun

MAJALAH ICT – JAkarta. Indonesia masih membutuhkan bandwidth hingga 2 terabyte hingga dua tahun ke depan. Eddy Setiawan, pengamat telekomunikasi dari IMT Mitra Solusi, mengungkapkan perkiraan investasi untuk penggelaran serat optik tersebut adalah Rp8 triliun. Serat optik itu dibangun untuk layanan telepon, akses data, dan layanan e-government sehingga butuh investasi hingga Rp6 triliun sampai Rp8 triliun.

Indonesia, tambahnya, masih kekurangan jaringan serat optik mengingat kebanyakan backbone berada di wilayah Sumatra dan Jawa.

“Indonesia perlu sekitar 2 Terabyte kapasitas nasional untuk telepon, data, Internet, dan program-program pemerintah,” ujar Eddy yang juga mantan Sekjen Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) tersebut, Senin (20/5).

Menurut dia, kebutuhan bandwidth sulit disediakan oleh satelit mengingat akan menimbulkan biaya tinggi. Eddy memaparkan satu satelit hanya bisa menyediakan 24 transponder berkapasitas total 1 Gigabytes, sehingga butuh setidaknya 2.000 satelit.

Hal itu, tambahnya, tidak mungkin, sehingga solusinya adalah dengan serat optik darat dan laut dengan estimasi investasi sekitar Rp6 triliun-Rp8 triliun. IMT Mitra Solusi sendiri saat ini mengaku tengah melakukan kajian mengenai penggelaran Palapa Ring yang pernah tertunda 4 tahun yang lalu.

Secara terpisah, anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Nonot Harsono mengungkapkan serat optik ke rumah-rumah masih sangat minim.

“Bahkan saat ini masih ada lebih dari 7.000 kecamatan yang belum mendapatkan aliran serat optik,” katanya.

Semula, kebutuhan jaringan backbone serat optik di seluruh Indonesia akan dipenuhi dengan pembangunan Palapa Ring oleh konsorsium operator telekomunikasi pada 2009 namun gagal karena masalah pendanaan.