MAJALAH ICT – Jakarta. Sebagai calon negara besar, penyedapan pihak asing terhadap Indonesia bukan baru didengar dan sekadar isapan jempol belaka. Di 2009 lalu misalnya, dilaporkan bahwa saat presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghadiri KTT G20 di London, komunikasi yang dilakukan Presiden dan rombongan disadap. Hasil penyadapan itu digunakan untuk mendukung tujuan diplomatik Australia, termasuk pula dukungan untuk memenangkan kursi jabatan di Dewan Keamanan PBB.
Hanya saja, seperti disampaikan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, walaupun SBY sudah mengetahui dirinya disadap, namun SBY tidak memberi sinyal apa-apa terkait berita penyadapan ini.
Dan kini, informasi penyadapan pun muncul kembali. Seperti diungkap mantan intelijen Amerika Serikat yang kini menjadi whistleblower, Edward Snowden, ada program penyadapan yang dilakukan untuk memanen data dari email, pesan instan (instan messaging), telepon password dan sebagainya, yang dilakukan dari lalu lintas data melalui kabel serat optik bawah laut berkode sandi TEMPORA.
Dari dokumen rahasia intelijen AS, komunikasi Indonesia ternyata selama ini disadap Singapore Telecom (SingTel), operator telekomunikasi milik Pemerintah Singapura. Singtel yang memiliki 35% saham di Telkomsel ini, disebut oleh Edward Snowden intelijen AS yang menjadi whistleblower, memfasilitasi akses bagi badan-badan intelijen yang mencakup telepon dan lalu lintas internet.
Seperti diberitakan Sydney Morning Herald (SMH), apa yang dilakukan SingTel adalah bagian dari kemitraan antara badan-badan intelijen negara, yang meluas ke rekan Inggris dan Amerika, untuk memanfaatkan kabel serat optik bawah laut yang menghubungkan Asia, Timur Tengah dan Eropa (SEA-ME-WE). SEA-ME-WE-3 merupakan kabel serat optik telekomunikasi bawah laut yang selesai pada tahun 2000 dengan panjang 39.000 km.
Menurut SMH, berdasar data dari intelijen Australia didapat informasi bahwa Singapura bekerja sama dalam mengakses dan berbagi komunikasi yang dibawa oleh kabel SEA-ME-WE-3 kabel. Badan nasional Australia juga mengakses lalu lintas kabel SEA-ME-WE-3 yang mendarat di Perth.
Dengan kabel yang melintasi Asia Tenggara, Timur Tengah dan Eropa Barat, maka hampir semua negara yang dilintasi dalam posisi tidak aman. Pasalnya, selain Singapura dan Australia, Inggris dan Amerika pun mendapat informasi penting hasil penyadapan. Dan praktik ini, disebut-sebut sudah berjalan hingga 15 tahunan.
Sementara pemerintah Indonesia adem-ayem, bahkan Presiden SBY berasyik masyuk dengan aplikasi asing buatan Amerika Serikat seperti YouTube, Facebook maupun Twitter, India selangkah lebih maju. Pemerintah di sana telah melarang semua komunikasi resmi pemerintah mengunakan komputasi awan berbasis di Amerika Serikat termasuk layanan email seperti GMail.