MAJALAH ICT – Jakarta. Tak mau kalah dengan Axis Telecom, PT Indosat juga tertarik dan bersiap untuk uji coba teknologi generasi ke-4 long term evolution (LTE). Demikian diungkapkan Director & Chief Commercial Officer Indosat Erik Meijer.
“Kajian dan diskusi untuk trial 4G LTE ini sudah dilakukan bersama Kementrian Komunikasi dan Informatika. Namun belum menentukan frekuensi atau area yang digunakan untuk uji coba. Kita lihat mana yang paling bagus. Baik dari sisi ketersediaan dan kesiapan perangkat," kata Erik di kantor Indosat. Dijelaskan Erik, kandidat frekuensi yang akan dipakai adalah 1800 MHz atau 2,1 MHz yang sekarang dipakai 3G.
Dalam catatan Majalah ICT, di frekuensi manapun, Indosat sangat diuntungkan. Baik di 900 MHz yang sudah dipakai mereka untuk 3G, serta 1800 dan 2,1 GHz. Apalagi di 1800, Indosat memiliki besar frekuensi 20 MHz.
Diberitakan sebelumnya, menyambut kehadiran BlackBerry 10 pada Maret mendatang, yang membutuhkan kecepatan data dan lebar pita yang lebih besar, Axis akan melakukan uji coba penggunaan teknologi generasi ke-4 (4G) Long Term Evolution (LTE). Apalagi saat ini, pelanggan Axis mencapai 17 juta dan untuk layanan data per hari mencapat 45 Terabytes. Demikian diungkap Head of Communication Axis, Anita Avianty, dalam temu media di Jakarta.
"Pada pertengahan April ini, Axis akan mengujicobakan layanan Long Term Evolution (LTE). LTE ini berada di frekuensi 1800 MHz," jelas Anita.
Menurut Anita, uji coba ini merupakan salah satu upaya Axis untuk meningkatkan layanannya. Pelaksanaan uji coba ini akan dilakukan secara terbatas.
Axis merupakan operator ke-4 yang melakukan uji coba menggunakan LTE, sejak pertama kali LTE diuji coba oleh Telkomsel 2010 lalu. Pemanfaatan frekuensi 1800 MHz memang karena Axis secara lebar pita, Axs memiliki lebar pita yang cukup, 15 MHz di 1800 MHz.
Sampai saat ini, alokasi frekuensi untuk LTE belum ditetapkan pemerintah. Dalam Diskusi "Dimanakah rumah bagi LTE?" beberapa waktu lalu, pertanyaan di mana alokasi LTE sudah terlontar sejak 2 tahun yang lalu, namun tak kunjung terjawab. Penataan dan refarming frekuensi yang tak kunjung selesai menjadikan sejumlah teknologi yang seharusnya sudah bisa dinikmati pengguna telekomunikasi RI masih belum bisa diterapkan.
Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) sendiri sudah menyatakan pita 1.800 MHz merupakan frekuensi yang cocok untuk teknologi Long Term Evolution (LTE).
Anggota BRTI M. Ridwan Effendi mengatakan Indonesia sudah mulai mewacanakan teknologi netral, dan untuk tahap awal sudah dilakukan refarming di pita 900 MHz milik Indosat, yang kemudian dilanjutkan pita frekuensi lainnya, termasuk 1.800 MHz.
“Regulator tengah menyiapkan frekuensi lainnya untuk implementasi teknologi netral, yaitu di pita 1.800 MHz,” ujarnya dalam launching majalah ICT online dan Diskusi bertajuk“Dimana Rumah bagi LTE” yang digelar Indonesia ICT Institute, beberapa waktu lalu.
Pita 1.800 MHz juga siap apabila dipakai untuk LTE, karena pita frekuensi lainnya sudah dipakai oleh pemain atau teknologi lainnya, termasuk pita 2,3 GHz untuk TD LTE yang merupakan pengembangan dari WiMax.
Indonesia saat ini masih belum menentukan alokasi frekuensi untuk teknologi LTE. Di dunia, pita yang bisa dipakai untuk pita LTE adalah pita 2.100 MHz, 1.800 MHz dan 700 MHz.
Apa yang disampaikan Ridwan memang sejalan dengan fakta yang disampaikan Global Mobile Supplier Association (GSA) bahwa hingga November 2012, pita yang paling populer dipakai untuk LTE adalah 1800 MHz dimana ada sekitar 38 jaringan di dunia menggunakan frekuensi ini. Pemanfaatan 1800 MHz sebagai ‘rumah’ LTE didukung 130 perangkat termasuk 26 smartphone dari merk-merk terkemuka.
Setelah band 1800 MHz, band favorit kedua adalah 2,6 GHz dan ketiga adalah 700 MHz. Untuk 2,6 GHz saat ini band tersebut 150 MHz dipakai untuk layanan televisi satelit, sedangkan di 700 MHz akan menjadi digital dividen yang berpotensi dipakai LTE juga.
Heru Sutadi dari Indonesia ICT Institute mengungkapkan nampaknya pemerintah akan menempatkan LTE di 2,3 GHz berdampingan dengan WiMAX, karena masih ada sisa 60 MHz direntang pita tersebut. “Namun jika melihat laporan GSA, nampaknya 2,3 GHz tidak menjadi band favorit,” kata Heru yang juga koordinator IndoLTE Forum ini.
Ditambahkan Heru, 1800 MHz memang populer dipakai untuk LTE, tapi kondisi alokasi frekuensi di Indonesia tidak seimbang antaroperator. Solusinya, dilakukan percepatan digitalisasi TV hingga tidak harus menunggu 2018,” imbuhnya.