MAJALAH ICT – Jakarta. Berdasarkan perubahan Laporan Keuangan yang dilakukan Indosat untuk periode 2010, 2011 dan 2012, beberapa angka dari laporan keuangan sebelumnya terkoreksi. Salah satunya adalah soal laba pada 2012 yang tadinya Rp2,187 triliun menjadi Rp.1,125 triliun.
Sejumlah pihak menilai koreksi tersebut mempertegas bahwa posisi operator telekomunikasi nomor dua di Indonesia, di bawah Telkomsel, adalah XL Axiata. Di tahun 2012 lalu, laba XL mencapai Rp2,764 triliun.
Menanggapi hal itu, Dirut Indosat Alexander Rusli malah mempertanyakan sejak kapan ukuran perusahaan telekomunikasi dilihat dari laba?
“Itu kan tergantung berapa besar investasi atau capex [capital expenditure],” ketusnya.
Alex menambahkan kalau dilihat dari labanya ya memang lebih kecil dari XL, bahkan dari Hutchison Tri sekalipun, karena rasio Ebitda Indosat memang paling besar. Selama ini, lanjutnya, ukuran perusahaan telekomunikasi dilihat dari jumlah pelanggan atau revenue share.
Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi (LPPMI) Kamilov Sagala menilai penentuan peringkat 2 operator terbesar di Indonesia bukan dari sisi jumlah pelanggan.
Direktur Eksekutif LPPMI Kamilov Sagala menilai untuk mengukur jadi operator nomor 2, bukan sekedar dari jumlah pelanggan saja, mengingat pelanggan telekomunikasi umumnya tidak setia satu operator saja alias tingkat churn rate-nya sangat tinggi.
“Tetapi juga cakupan layanan operator yang tersedia, jumlah kue iklan yang dibelanjakan, dan pendapatan rata-rata pelanggan. Besar ARPU juga bisa jadi patokan selain tentunya kepuasan pelanggan,” katanya.
PT XL Axiata resmi menjadi operator nomor 2 di Indonesia di atas Indosat setelah keduanya mengumumkan kinerjanya sampai akhir tahun lalu.
“Dari sisi laba bersih dan market capacity jelas kita nomor dua, bahkan bila dilihat dari pendapatan seluler, XL sudah nomor 2 sejak 2010,” ujar Presdir XL Hasnul Suhaimi.