Search
Rabu 22 Januari 2025
  • :
  • :

Inilah Tiga Jurus Hadapi Dolar yang Kian Meninggi Bagi Industri Telekomunikasi

MAJALAH ICT – Jakarta. Ekonomi yang dijanjika kian meroket di bulan Septmber ini oleh Presiden Joko Widodo, belum terbukti. Bahkan, pagi ini dolar dibuka pada angka Rp. 14.300-an. Tentu saja, perubahan nilai tukar ini memberikan ketidakpastian terhadap industri telekomunikasi di Indonesia. Untuk itu, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika, setidaknya ada tiga langkah penting yang harus dilakukan oleh pemerintah bekerjasama dengan para operator telekomunikasi

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, pertama pentingnya pembangunan berkelanjutan (suistanable) industri telekomunikasi di Tanah Air. Dia menjelaskan, layanan teknologi 4G bukan hanya menjadi perhatian pemerintah tetapi juga harus menjadi perhatian semua pihak terkait bagaimana posisi ICT di Indonesia dapat meningkat.

Rudiantara juga mengatakan bahwa beberapa hari yang lalu pemerintah mendapatkan penghargaan di tingkat dunia oleh PBB melalui ITU dalam ICT WORLD, menurutnya bahwa ini tidak main-main berarti pemerintah harus cepat melakukan ini”namun  "Broadband lebih cepat lebih bagus. Namun kita harus mikir out of the box dan harus minta masukan dari analisis, atau investor sendiri agar industri suistanability dan berjangka panjang," kata Rudiantara dalam acara ‘Mencari Alternatif Solusi Terhadap Dampak Depresiasi Nilai Rupiah Pada Industri Telekomunikasi’ di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta.

Langkah kedua, lanjutnya, adalah dalam memasuki era data maka efisiensi harus dilakukan. Menurutnya, sosialisasi di era data harus dilakukan dan sosialisasi kepada konsumen harus dilakukan oleh para pebisnis operator.

Berikutnya, ketiga, Rudiantara mengajak agar setiap perusahaan-perusahaan telekomunikasi memperhatikan balance sheet dalam kinerja laporan keuangannya.Di sisi lain, Rudiantara menjelaskan, pemerintah tidak boleh memikirkan sektor pendapatan negara bukan pajak (PNBP) saja. Dia menyampaikan, sektor teknologi informasi dan komunikasi (TIK) masih menjadi kontribusi terbesar Rp 14 triliun.

"Saya sudah bicara dengan Menko Perekonomian. Sektor TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) menjadi kontribusi terbesar Rp 14 Triliun, Rp 11 triliun dari frekuensi. Untuk struktur dari Rp 14 triliun kembali ke sektor dalam bentuk USO (Universal Service Obligation) Rp 2 triliun. Sampai 2019, USO harus kembali sebesar Rp 4 – 5 triliun," pungkasnya.