MAJALAH ICT – Jakarta. Dihembuskannya pernyataan bahwa penurunan biaya interkoneksi hanya dinikmati operator telekomunikasi seperti Indosat Ooredoo maupun PT XL Axiata, dibantah oleh Chairman Mastel Institute Nonot Harsono. Nonot yang juga merupakan mantan Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia justru meyakini dengan penurunan interkoneksi sebesar 26%, maka tarif kepada masyarakat akan turun hingga 70%.
Menurut Nonot, perlu dicermati bahwa yang dimuat dalam Surat Edaran Menteri Komunikasi dan Informatika mengenai perhitungan interkoneksi yang baru, berisi dua hal. Yaitu, turunnya terminasi untuk telepon bergerak seluler sebesar 26% dan ratio Off/On-net di-push hingga hanya maksimal 2,5 hingga 3 kali saja.
"Artinya akan terjadi penurunan tarif Offnet kepada rakyat hingga sekitar 70%. Maka selain cost terminasi ke network tujuan akan turun, Revenue Off-net dari pelanggan juga ikut turun," tandas Nonot.
Ditambahkannya, saat ini tarif on-net adalah sekitar Rp.160. "Jika aturan ratio Off/On dipatuhi max 3x on-net, maka tarif Off-net menjadi Rp. 480. Ini artinya, jika sebelumnya Rp. 1500 maka turun 66%, dan jika sebelumnya Rp.2000, maka turun 75%," tambahnya.
Nonot melanjutkan, biaya interkoneksi yang tampaknya menurunkan revenue operator yang porsinya belasan persen, sesungguhnya cost atau total bayar terminasi ke OLO juga turun. "Jadi kalau outgoing offnet dan incoming offnet itu jumlah minute of usage nya sama, maka akan impas," yakinnya.
Perdebatan soal interkoneksi ini disayangkan Cak Nonot, demikian biasa lelaki berkumis ini dipanggil. Situasi ini akan men-delay terbangunnya IP-backbone dan all-IP network yang high quality, low latency dan high throughput, sementara di saat yang sama Facebook (+microsoft) dan Google berlomba membangun broadband di Indonesia, kata Cak Nonot kepada Majalah ICT.