MAJALAH ICT – Jakarta. High Altitude Platforms System (HAPS) menjadi perbincangan sejak satu dekade lagi. Namun, isu ini kembali mengemuka sejak pemerintah mendorong beberapa operator untuk bekerja sama dengan Google menerbangkan balon internet. Pengganti BTS di angkasa ini mendapat perhatian Kementerian Komunikasi dan Informatika, dengan kemudian menggelar seminar studi kelayakan HAPS di tanah air.
Dijelaskan Kapuslitbang SDPPI Sunarno pada Seminar Pendahuluan Penelitian Tim I Bidang SDPPI yang diselenggarakan Badan Penelitian dan Pengembangan SDM Kementerian Kominfo, dengan judul "Kelayakan High Altitude Platforms (HAPs) di Indonesia", di Pustiknas Ciputat, saat ini telekomunikasi merupakan salah satu elemen penting dalam menunjang pembangunan nasional. "Melalui teknologi telekomunikasi, penyebarluasan informasi dapat dilakukan dengan cepat, oleh karena itu pemerataan jaringan telekomunikasi harus dilakukan agar layanan telekomunikasi dapat menjangkau wilayah Indonesia secara merata khususnya wilayah rural"," katanya sebagaimana dilansir laman resmi kementerian.
Ditambahkan Sunarno, telekomunikasi bergerak/seluler merupakan salah satu solusi untuk memperluas pemerataan layanan telekomunikasi. Namun, telekomunikasi bergerak/seluler saat ini belum seluruhnya menjangkau wilayah Indonesia mengingat wilayah yang luas dan memiliki ribuan pulau serta kontur yang terdiri tidak hanya daratan rendah tapi juga pegunungan, bukit, dan hutan. "Hal ini menjadi kendala dalam pembangunan infrastruktur telekomunikasi sehingga dibutuhkan solusi lain untuk memeratakan layanan telekomunikasi di wilayah yang belum terjangkau oleh telekomunikasi brrgerak atau seluler," ungkapnya
Menurutnya, alasan dikembangkan High Altitude Platforms System karena HAPS merupakan wahana, baik berupa pesawat terbang maupun pesawat udara yang berada pada ketinggian tertentu di atas permukaan bumi dan dari awal kemunculannya sudah banyak proyek HAPS yang dilaksanakan dengan melibatkan pakar dan akademisi dari berbagai negara, diantaranya HAPCOS, Helinet dan Capanina yang dibawahi European Commission (EC). Selain itu, berbagai proyek HAPS juga digagas oleh NASA dan perusahaan manufaktur pesawat dan satelit global. Kemudian, Google di bawah anak perusaahannya Alphabet meluncurkan Project Loon berupa rangkaian balon yang melayang sepanjang ruang angkasa,yang dirancang untuk menghubungkan masyarakat di area jangkauan jaringan.
"Hal inilah yang mendorong pelaksanaan kajian kelayakan implementasi HAPS dari sejumlah aspek sehingga diperoleh gambaran yang memadai sebagai rujukan atau referensi untuk mempersiapkan strategi yang efektif dan efesien guna memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat Indonesia," pungkasnya.