MAJALAH ICT – Jakarta. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara bersikap tegas mengenai penghitungan biaya interkoneksi yang baru, yang akan diimplementasikan pada 2016 mendatang. Penghitungan yang telah dilakukan bawahannya di Kementerian Kominfo masih ditolak.
"Saya masih menolak hasil penghitungan biaya interkoneksi yang ada," katanya saat berbicara di perhelatan Komunitas IndoTelko, di Balai Kartini Jakarta. Penghitungan yang disodorkan Direktorat Telekomunikasi Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika masih diberi catatan untuk ditunda.
Menurutnya, dirinya tidak akan menandatangani hasil penghitungan bilamana angka yang disampaikan tidak turun dibanding angka sebelumnya. "Jika dua hal tidak dipenuhi, saya masih akan tunda. Dua hal itu adalah turun, dan signifikan," tandasnya.
Rudiantara mengaku dirinya bisa mengetahui angka real penghitungan biaya interkoneksi terutama mengenai cost yang dikeluarkan oleh operator dalam membangun jaringan. "Saya bisa minta Ericsson, Huawei atau Nokia untuk mengetahui biaya operator," ujarnya. Dengan konsep long run incremental cost, biaya interkoneksi dihitung berbasis biaya yang dikeluarkan operator telekomunikasi untuk menyediakan layanan suara maupun SMS.
Sebagaimana diketahui, tarif interkoneksi memiliki hubungan yang erat dengan tarif ritel. Saat ini, meski tarif on net cukup murah, namun tarif off net masih mahal. Mahalnya tarif off net membuat semua operator mengandalkan pendapatan dari on net atau pembicaraan dalam satu operator. Dengan interkoneksi yang murah, maka tarif off net juga bisa menjadi lebih murah dan industri akan makin sehat.