MAJALAH ICT – Jakarta. Sebagai pasar telekomunikasi yang besar dan berkembang, Indonesia menjadi incaran banyak negara sebagai tempat investasi. Tidak mengherankan jika akan ada 10 perusahaan asing yang sudah dan akan masuk ke Indonesia.
Demikian disampaikan Menteri Perindustrian Saleh Husin. Diungkapkannya, dari 10 perusahaan tersebut, tujuh perusahaan sudah mendirikan industrinya di sini, sementara tiga lagi sedang dalam proses. "Hingga saat ini, sudah ada tujuh pelaku usaha yang telah mendirikan industrinya di dalam negeri, dan tiga pelaku usaha juga sedang mempersiapkan pendirian industrinya," ungkap Saleh.
Saleh yang menyampaikan hal tersebut dalam acara Indonesia Green Infratructure Summit 2015 di Jakarta, juga mengatakan bahwa Kementerian Perindustrian telah menetapkan program Quick Win yang mencanangkan terbangunnya lima pusat industri berbasis TIK di Jawa-Bali, Sumatra, dan Sulawesi. Saleh berharap perkembangan itu, bisa mendukung tumbuh kembangnya industri TIK nasional. Pembangunan pusat-pusat tersebut disarankan dapat menggunakan green technology atau low carbon technology.
"Upaya memacu pengembangan industri strategis hal itu karena Indonesia berniat mengurangi ketergantungan teknologi yang ditandai dengan tingkat impor yang masih jauh lebih tinggi dibanding ekspor. Karena alasan itulah, Kemenperin terus berupaya mendorong pembangunan TIK, perangkat lunak dan konten multimedia. Salah satunya dengan mewajibkan importir untuk mendirikan industrinya di dalam negeri dengan jangka waktu paling lama tiga tahun," tandasnya.
Direncanakan, pada tahun 2016–2020, pengembangan industri manufaktur dan komponen perangkat TIK dalam negeri mampu memenuhi pasar domestik dan menjadi basis produksi untuk pasar regional dan berkembangnya peran industri konten dan aplikasi di dalam negeri dan regional. Setelah itu, pada periode 2021-2025, produk animasi, konten dan aplikasi dipacu agar berdaya saing tinggi di pasar global dan industri manufaktur.