Search
Kamis 10 Oktober 2024
  • :
  • :

Kaleidoskop ICT Maret 2015: Isu Sadap-Menyadap Kembali Mengemuka

MAJALAH ICT – Jakarta. Isu penyadapan yang dilakukan Australia kembali mengemuka. Adalah Edward Snowden, mantan kontraktor National Security Agency, yang membocorkan hal itu. Menurutnya, Australia menyadap percakapan telepon selular dan data publik serta pejabat Indonesia melalui jaringan telepon selular terbesar, Telkomsel.

Berdasar dokumen rahasia Snowden, badan spionase elektronik Australia, yakni Australian Signals Directorate (ASD) telah bekerjasama dengan Biro Keamanan dan Komunikasi Selandia Baru (GCSB) untuk menyadap jaringan telekomunikasi di seluruh Indonesia dan Pasifik Selatan. Selandia Baru dan Australia menyadap satelit komunikasi satelit dan kabel telekomunikasi bawah laut.

Mengingat hubungan Indonesia dan Australia kini memanas sehubungan dengan akan dieksekusi matinya dua warga negara Australia yang terlibat dalam mafia narkoba besar-besaran, Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Prof Budiyatna mengatakan, disadapnya Telkomsel oleh pihak Australia akan menjadi ancaman bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Ini pasti ada sesuatu dan mengincar Jokowi. Bisa-bisa dibongkar itu borok-boroknya Jokowi ke mata publik," terang Budiyatana. Menurutnya, penyadapan ini merupakan skenario untuk menjatuhkan Jokowi dari jabatannya sebagai kepala negara/pemerintah. "Jika Australia sampai membongkar dari Pilpres sampai sekarang, maka menyudahi puncak kesuksesan Presiden Jokowi di Indonesia. Jelas sekali terlihat jika sasaran Australia adalah Jokowi," ungkapnya.

Sementara itu, pengamata telematika Heru Sutadi, yang sejak 2013 lalu mengamati isu penyadapan yang dilakukan Australia bersama "Five eyes" lainnya mengatakan, dirinya menyesalkan ketika pada 2013 lalu pemerintah tidak menyelesaikan masalah penyadapan ini dengan tuntas. "Waktu itu pemerintah melalui Kementerian Kominfo mengangap remeh isu ini. Adalah aneh, dengan bertemu operator telekomunikasi kemudian semua dinyatakan bersih," sesalnya.

Dijelaskan Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute ini, untuk menggali lebih dalam asal muasal penyadapan harusnya dibentuk Tim Indepenen Pencari Fakta mengenai kasus penyadapan ini. "Tapi yang dilakukan kasus ditutup begitu saja, sehingga jika isu ini kembali muncul masalah dari mana bocornya penyadapan, bagaimana caranya, tetap tidak terjawab. Padahal, saat itu yang disadap adalah Presiden, Ibu Negara, Wapres dan Menteri-Menteri," katanya.

Menurut Snowden, kebocoran terjadi di operator terbesar Indonesia, Telkomsel dan Indosat. Dokumen menuliskan badan intelijen Selandia Baru (GCSB) bekerja dengan badan intelijen Australia (ASD), menyusup ke jaringan operator Indonesia untuk menyadap semua percakapan pada sejumlah pejabat Indonesia sejak tahun 2009.

Disebutnya operator telekomunikasi Telkomsel dan Indosat, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengaku tidak mengetahui persis dimana penyadapan itu terjadi. "Saya tidak tahu penyadapan itu terjadi di mana. Apakah pelanggan Telkomsel, atau Indosat yang sedang berbicara ke luar negeri. Kalau itu, sudah pasti tersadap, percakapannya, juga identitasnya. Maksudnya adalah nomor Mobile Subscriber Integrated Services Digital Network Number atau pelanggan," ungkapnya.

Terkait dengan isu tersebut, Menkominfo meminta agar para operator telekomunikasi yang diduga tersebut diminta untuk memeriksa kembali jaringannya. "Kita minta agar para operator masing-masing mengecek kembali jaringannya," tegas Rudiantara.

Menurut Rudiantara, peristiwa penyadapan ini bukanlah yang pertama kali. Sebelumnya, jaringan Telkomsel pernah disadap dan targetnya sejumlah petinggi di republik ini. Rudiantara menandaskan akan ada sanksi bagi oeprator yang terlhat pembocoran informasi. "Sanksinya dari regulator. Kita lihat dulu. Regulator itu pernah meminta audit dilaksanakan atau tidak . Nanti kita lihat laporannya mana," pungkasnya.