MAJALAH ICT – Jakarta. Dell meluncurkan hasil riset Global Technology Adoption Index (GTAI) pertama, yang menjabarkan bagaimana organisasi-organisasi menggunakan keamanan, cloud, mobilitasdan big data untuk sukses. Riset tersebut mewawancarai lebih dari 2.000 organisasi di seluruh dunia dan menyimpulkan bahwa keamanan adalah faktor utama dalam melakukan adopsi cloud, mobilitas dan big data. Selain itu, meski 97 persen organisasi yang disurvei telah atau memiliki rencana untuk menggunakan cloud, dan hampir separuhnya telah menerapkan strategi mobilitas, ternyata masih sedikit yang mengadopsi big data dilihat dari kurang lebih 60 persen dari organisasi-organisasi tersebut yang tidak mengerti bagaimana cara mendapatkan informasi dari big data.
"Kami mengerti bahwa keamanan, cloud, mobilitasdan big data adalahprioritas TI penting di semua industri, tapi kami perlu pemahaman lebih mendalam tentang bagaimana perusahaan-perusahaan menggunakan teknologi-teknologi tersebut saat ini dan apa, jika ada, yang menghambat mereka menggunakan potensi maksimal teknologi-teknologi tersebut," ujar Karen Quintos, chief marketing officer, Dell. "Riset ini langsung membahas inti permasalahan dan memberikan gambaran yang lebih jelas bagaimana Dell dapat membantu para konsumen kami meraih kesuksesan."
"Meskipun risiko keamanan dan ketergantungan terhadap Internet dan teknologi untuk menjalankan bisnis semakin meningkat, banyak organisasi skala kecil dan menengah yang belum siap menghadapi ancaman keamanan saat ini, apalagi ancaman di masa yang akan datang," jelas Laurie McCabe, partner, SMB Group. “"erusahaan-perusahaan tersebut mengerti bahwa teknologi-teknologi disruptif seperti cloud,mobilitasdan big data dapat mendorong inovasi dan menciptakan keunggulan kompetitif. Tapi seringkali sulit bagi mereka melakukan pendekatan strategis dan menjawab permasalahan keamanan agar dapat menikmati potensi maksimal dari teknologi disruptif tersebut."
GTAI Dell menemukan bahwa para pembuat keputusan TI masih menganggap keamanan sebagai hambatan terbesar untuk memperluas teknologi mobilitas (44 persen), menerapkan cloud computing (52 persen) dan memanfaatkan big data (35 persen). Meski pertimbangan keamanan menjadi penghambat berbagai organisasi melakukan investasi teknologi-teknologi penting, kurangnya ketersediaan informasi keamanan juga menghambat organisasi-organisasi mempersiapkan diri menghadapi ancaman gangguan keamanan. Hanya 30 persen responden yang menyatakan bahwa mereka memiliki informasi yang tepat untuk membuat pengambilan keputusan berbasis risiko, dan hanya satu dari empat organisasi yang disurvei telah memiliki antisipatif untuk menghadapi semua bentuk gangguan keamanan.
Masalah keamanan menjadi semakin serius saat kurangnya keterlibatan C-suite. Hanya 28 persen dari organisasi yang disurvei memiliki C-suite yang sepenuhnya terlibat dalam inisiatif-inisiatif keamanan. Tapi, dalam organisasi-organisasi dimana pemimpinnya terlibat dalam hal-hal keamanan, tingkat kepercayaan diri organisasi tersebut naik signifikan. Diantara organisasi-organisasi yang sangat yakin dengan keamanan organisasinya, 84 persen dari para pimpinan seniornya sepenuhnya atau cukup terlibat, dibandingkan hanya 43 persen pimpinan senior yang terlibat dalam organisasi-organisasi yang tidak yakin dengan tingkat keamanan organisasinya.
Hasil survei keamanan penting Dell GTAI lainnya, antara lain sumber daya keamanan terutama dihabiskan untuk melindungi diri dari para peretas keamanan (hacker) (43 persen) dan mengikuti peraturan kepatuhan (compliance) (37 persen). Hanya 39 persen responden memiliki tenaga kerja yang sepenuhnya memahami peraturan keamanan organisasinya, dan hanya 13 persen responden yang menggunakan keamanan untuk berinovasi, sementara hanya 18 persen yang memanfaatkan keamanan sebagai keunggulan kompetitif.
Revolusi Cloud Telah Tiba
Hasil survei Dell GTAI menegaskan bahwa sekarang adalah era cloud. Hampir semua pembuat keputusan TI yang disurvei menyatakan bahwa perusahaan mereka telah atau berencana menggunakan solusi cloud. Hanya 3 persen responden tidak memiliki rencana untuk memanfaatkan solusi cloud. Hasil riset juga menunjukan hubungan erat antara penggunaan cloud dan pertumbuhan perusahaan. Sebanyak 72 persen organisasi pengguna cloud yang disurvei menikmati pertumbuhan 6 hingga 10 persen dalam tiga tahun terakhir, dan hanya 4 persen pengguna cloud yang mengalami tingkat pertumbuhan nihil atau negatif. Hal ini sangat berbeda dengan perusahaan-perusahaan yang tidak menggunakan cloud, dimana hanya 24 persen mengalami pertumbuhan 6 persen atau lebih, dan 37 persen mengalami tingkat pertumbuhan nihil atau negatif.
Manfaat bisnis dari cloud computing akan semakin menonjol saat organisasi-organisasi menggunakan lebih dari satu jenis solusi cloud. Sebagai contoh, organisasi yang menggunakan tiga solusi cloud atau lebih mengalami peningkatan produktivitas pegawai sebesar 15 persen dibandingkan mereka yang hanya memanfaatkan satu solusi cloud.
Meskipun tingkat penggunaan dan manfaat cloud telah dijabarkan di atas, ada tantangan besar dalam proses adopsi dan implementasi komputasi awan (cloud computing), sebagian besar karena kurangnya pemahaman dan pengalaman serta masalah keamanan. Banyak organisasi yang mengandalkan informasi cloud dari pihak ketiga, dengan 58 persen mencari informasi dari mitra TI dan 45 persen mencari informasi di situs vendor. Terbatasnya pengalaman organisasi terhadap komputasi awanmenjadi salah satu dari tiga alasan utama (33 persen) kenapa mereka belum menggunakan cloud. Keamanan, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, menjadi alasan utama dengan 52 persen.
Hasil riset Dell GTAI lain menunjukkan manfaat langsung efisiensi dan produktivitas tenaga kerja mobile tidak bisa dipungkiri: 41 persen responden menyatakan efisiensi sebagai manfaat mobilitas terbesar, sementara 32 persen menyatakan produktivitas pegawai. Penggunaan perangkat mobile yang sangat dominan di negara-negara berkembang, organisasi-organisasi di negara-negara tersebut memiliki tingkat adopsi kebijakan BYOD resmi yang lebih tinggi (34 persen di Amerika Latin dan 37 persen di Asia Pasifik dibandingkan dengan 30 persen di Amerika Utara dan 20 persen di Eropa/Timur Tengah/Afrika).
Meskipun peluang-peluang nyata dari strategi mobilitas, masih banyak tantangan yang harus dihadapi dan faktor keamanan menempati tempat teratas. Setengah dari responden menyatakan "risiko kebobolan data dari perangkat yang hilang dan jaringan nirkabel yang tidak terlindungi” sebagai risiko mobilitas terbesar, dan 44 persen menyatakan “ancaman pembobolan keamanan” sebagai hambatan utama perluasan penerapan mobilitas dalam organisasi. Penggunaan perangkat yang disediakan perusahaan yang tidak tepat disebut sebagai masalah utama keamanan mobile. Hasil survei menunjukkan bahwa memiliki kebijakan BYOD resmi erat kaitannya dengan keberhasilan strategi mobilitas, tapi hanya 32 persen responden yang memiliki kebijakan tersebut.
Big Data Memiliki Potensi Besar
Dell GTAI menunjukkan hasil temuan konsisten tentang big data: organisasi-organisasi tidak tahu harus melakukan apa dengan big data. Meskipun 61 persen responden di seluruh dunia menyatakan mereka memiliki big data yang bisa dianalisa, hanya 39 persen mengerti bagaimana memanfaatkan big data dan sedang melakukannya. Selain itu, para responden mengindikasikan bahwa big data belum menjadi isu yang mendesak dibandingkan keamanan, cloud, dan mobilitas.
Big data memberikan kesempatan kompetitif yang besar. Organisasi-organisasi yang secara efektif memanfaatkan informasi dari big data memiliki tingkat pertumbuhan lebih besar dibandingkan organisasi-organisasi yang tidak menggunakannya secara efektif. Rata-rata pertumbuhan dalam tiga tahun (14 persen) bagi mereka yang secara efektif memanfaatkan big data hampir dua kali lipat lebih besar daripada organisasi-organisasi yang tidak menggunakan big data secara efektif (8 persen).
Meski big data terbukti memberikan manfaat pemasaran nyata, biaya infrastruktur (35 persen) dan keamanan (35 persen) cenderung menjadi hambatan utama untuk mengimplementasikan inisiatif big data. Responden GTAI juga menyatakan biaya analitik/operasional (34 persen), kurangnya dukungan manajemen (22 persen) dan kurangnya kemampuan teknis (21 persen) sebagai hambatan tambahan dari strategi big data. Untuk menjawab pertimbangan keamanan, sebagian besar organisasi lebih memilih untuk memanfaatkan private cloud (43 persen) atau server tradisional (24 persen) dibandingkan public cloud (11 persen) untuk menyimpan big data.