Search
Senin 17 Maret 2025
  • :
  • :

Kementerian Luar Negeri dan CSIS Gelar Seminar Digital Diplomacy

MAJALAH ICT – Jakarta. Sesparlu, Sekolah Staf dan Pimpinan Luar Negeri, bekerjasama dengan Center for Strategic and International Studies (CSIS) Jakarta telah menyelenggarakan seminar Digital Diplomacy bertemakan “Eco Tourism: Globalizing Local Communities Without Impacting the Environment” bertempat di Auditorium Gedung CSIS, Jakarta Pusat. Setiap sesi dalam seminar tersebut mengangkat berbagai macam aspek tentang bagaimana ekonomi daerah memperoleh manfaat dari mitra internasional dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. 

Dalam sambutannya, Direktur Eksekutif CSIS, Phillips Vermonte menggarisbawahi pentingnya bagi semua kalangan di Indonesia untuk menyadari perkembangan dunia digital yang semakin pesat sehingga Indonesia dapat mengambil manfaat dari hal tersebut. Sementara itu, Deputi Kepala Staf Kepresidenan, Yanuar Nugroho dalam keynote speech-nya mengingatkan bahwa pengembangan pariwisata dan pelestarian lingkungan membutuhkan penguatan unsure masyarakat lokal yang berkesinambungan dan terencana. 

Hari pertama seminar membahas sejumlah topik di antaranya “Why Eco Tourism”, “Innovation on Public-Private Partnership”, serta “The Role of Social-Media Influencers” yang menghadirkan para akademisi dan praktisi di bidangnya seperti Dr. Ridwan Djamaluddin, Kamazka Batara, dan Fiona Callaghan. Poin penting dari sejumlah pembahasan tersebut adalah bahwa perangkat digital dapat menjadi tool untuk mempromosikan pariwisata di Indonesia. Namun di saat bersamaan para wisatawan harus dapat bersikap sebagai wisatawan yang cerdas dan penuh kesadaran menjaga kelestariaan alam. Seluruh pemangku kepentingan juga perlu bersinergi meningkatkan kapasitas penduduk lokal agar mereka dapat memaknai kunjungan wisatawan sebagai sesuatu yang bila dikelola dengan baik dapat membawa keuntungan bagi mereka utamanya dari segi ekonomi.

Fajar Utomo dari Badan Ekonomi Kreatif memberikan keynote speech hari kedua dan menyampaikan bahwa ekonomi kreatif dapat membawa dampak positif bagi sektor pariwisata, dan dibutuhkan kreativitas berkelanjutan agar Indonesia mampu terus bersaing di era ekonomi digital. Selanjutnya dalam sesi “Tweets from the Top”, Duta Besar Perancis dan Duta Besar Selandia Baru berbagi best practices tentang langkah apa saja yang sudah ditempuh negaranya dalam mempromosikan pariwisata kepada masyarakat di Indonesia lewat media sosial. Hadir pula anggota komisi I DPR RI, Tantowi Yahya, yang mengatakan bahwa digital diplomacy pada dasarnya merupakan penguasaan arts, national interest, dan information technology. 

Sesi “Conventional Business vs Digital Technology-Based Business” menghadirkan Yose Rizal Damuri (CSIS), Donny Oskaria (CEO Antavaya), Mikhael Undarsa (Co-Founder Tiket.com) dan petualang Dhandy Laksono. Sesi sore juga diisi pemaparan dari Bupati Boalemo, Rum Pagaoserta Audrey Jiwajenni yang merupakan seorang traveler dalam sesi “Updates from the Region.” Potensi pariwisata yang dimiliki daerah di Indonesia masih perlu dikelola secara cerdas, sedangkan sinergi antara sektor bisnis dan pemerintah dapat membawa dampak positif bagi terciptanya sektor pariwisata yang ramah lingkungan. 

Sesi diskusi terakhir menghadirkan Mantan Menteri Pendidikan, Anies Baswedan, Dennis Adhiswara (CEO layaria.com), Galih Mulya (Embara Films), dan Henry Vienayoko (Goarchipelago.com) dalam sesi “Ideas Matter”. Rangkaian kegiatan ditutup dengan presentasi rekomendasi kebijakan oleh para diplomat senior yang mewakili Sesparlu Angkatan ke-55 yang saat ini tengah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kemenlu. Acara ini diharapkan membawa manfaat tidak hanya bagi publik dan pelaku pariwisata yang hadir namun terutamanya bagi para diplomat senior Indonesia yang dipersiapkan untuk salah satunya mengahadapi kondisi dunia yang kian terhubung ketika ditugaskan di luar negeri selanjutnya.