MAJALAH ICT – Jakarta. Diretasnya situs Kementerian Pertahanan RI pada Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan, membuat pihak Kemhan akan melacak pelaku hacking atau lebih tepatnya defacing (merubah tampilan) situs pengatur strategi pertahanan dan keamanan nasional tersebut. Situs Ditjen Potensi Pertahanan sendiri sebenarnya berada dalam satu domain dengan situs Kementerian Pertahanan, hanya situs yang diganti tampilannya adalah sub domain.
Menurut Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigjen TNI Sisriadi, pihaknya tidak tinggal diam. "Pelaku sedang dilacak, untuk dicari tahu apa motifnya," kata Sisriadi. Tentunya akan butuh waktu untuk mengungkap semua ini.
Sebagaimana diketahui, situs Kementerian Pertahanan RI, yang kalau di Ameriksa Serikat disebut dengan Pentagon, diserang dedemit maya alias hacker. Adapun situs yang diganti tampilannya (defacing) adalah situs Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan di www.pothan.kemhan.go.id.
Dalam website direktorat jenderal yang merupakan thing tank (tangki pemikir) Kementerian Pertahanan ini, tampilan berganti dengan warna hitam dan berisi tulisan "Oops Myanmar HackerWas Here". Entah apakah ini dilakukan dari Myanmar langsung atau hanya sekadar menuliskan nama negara yang ketika adanya konflik di Rohingya, Indonesia mencoba membantu konflik di sana.
Selain tulisan tersebut, tulisan lainnya adalah "Hello Indonesia Goverment , You should be proud with uneducated Indo script kiddies. coz they believe ( defacing / Ddosing ) to the other country websites is the best solution for them. If you would sympathize the white programmers/developers of your country & how they are feeling. you can catch such script kiddies. coz CVT are ready to provide those skiddies Informations" tulis sang Hacker.
Pengganti situs ini sendiri memiliki nama inisial yaitu CVT, yang mungkin berarti Cyber Vampire Team, sebagaimana juga dicantumkan alamat akun Facebook dari mereka di http://facebook.com/cvtteam. Belum ada penjelasan siapa dibalik aksi yang sudah mencoreng pusat sistem pertahanan Indonesia di era cyber seperti ini.