MAJALAH ICT – Jakarta. Selain ramainya pro dari penganjur Bring Your Own Device (BYOD) yang mengatakan bahwa membiarkan karyawan menggunakan ponsel, laptop maupun tablet mereka sendiri membuat karyawan lebih gembira, lebih produktif serta memangkas biaya bisnis, namun ternyata ada juga kerugian mengimplementasikan BYOD ini. Sehingga, bisa jadi BYOD tidak cocok diimplementasikan di organisasi Anda bekerja.
Seperti dikutip dari ZDNet, berdasar tulisan Steve Ranger, ada beberapa alsan yang membuat BYOD tidak cocok untuk organisasi atau perusahaan. Pertama, saat ini karyawan membayar atau membeli untuk semua ponsel, laptop maupun tablet sendiri. Dengan BYOD artinya, karyawan mensubsidi perusahaan.
Alasan kedua, BYOD tidak akan memotong biaya. Hal itu karena jika karyawan gadget nya digunakan untuk bekerja, maka karyawan akan mengklaim biaya yang dikeluarkan itu ke kantor. Lalu dimana pengurangan biayanya?
Ketiga, BYOD akan membuat divisi teknologi informasi akan lebih sulit, hal itu karena mereka harus menangani kerusakan pada ponsel, laptop maupun tablet karyawan karena mengadopsi BYOD. Selain itu, masalah keamanan juga menjadi perhatian yang ujungnya juga akan menambah biaya penyediaan perangkat lunak baru seperti proteksi mobile data, mobile device management serta akses privileges berdasar perangkat masing-masing individu.
Fakor lainnya adalah keseragaman alat. Mengizinkan BYOD artinya bisa terjadinya ketidak seimbangan antarkaryawan karena menggunakan gadget yang berbeda-beda. Sehingga, adalah hal yang masuk akal, perangkat untuk seluruh karyawan disamakan, seperti sekolah yang memiliki seragam.
Kelima adalah soal keamanan. Keamanan menjadi isu terbesar BYOD, sebab memolehkan konsumen memasuki jaringan perusahaan membawa resiko besar. Sehingga, harus ada ketentuan dan aturan mengenai penggunaan perangkat BYOD jika digunakan oleh karyawan atau keluarga untuk hiburan.
Kenapa BYOD juga repot untuk diaplikasikan adalah kekhawatiran kehilangan data. Data yang hilang di karyawan, artinya data perusahaan juga hilang. Kalaupun data perusahaan selalu diupayakan terproteksi oleh perusahaan, yang juga tak kalah repot adalah memisahkan data pribadi dan data perusahaan yang berada dalam satu perangkat tersebut.
Disebutkan pula, BYOD hanyalah menguntungkan di saat-saat awal, namun pada periode yang lama akan merugikan. Di awal ketika menggunakan perangkat baru, tentu belum menjadi masalah, namun dalam perjalanannya, karena tidak semua karyawan memiliki cara memperlakukan pernagkat mereka secara sama, bisa jadi dalam waktu tidak beberapa lama akan rusak atau butuh perbaikan. Belum lagi, jika pernagkat berbeda, yang membutuhkan interoperability antarperangkat yang dimiliki karyawan.
Selain soal teknik, masalah lisensi juga menjadi perhatian. Sebab, jika berubah ke BYOD, artinya semua lisensi menjadi tanggung jawab perusahaan. Sehingga, divisi TI harus memastikan lisensi yang dimiliki cukup untuk menangani semua perangkat BYOD.
Berikutnya adalah soal produktivitas. Alasan orang memiliki atau membeli perangkat ponsel, laptop atau tablet sendiri adalah untuk kesenangan, bukan bekerja. Sehingga, adalah beresiko jika hal-hal yang tadinya untuk kesenangan dibatasi untuk bisnis atau pekerjaan. Atau sebaliknya, jika BYOD disediakan perusahaan, adalah juga menyiksa jika perangkat hanya bisa dipakai untuk bekerja, padahal di dalam pernagkat tersebut ada aplikasi seperti games, video ataupun jejaring sosial.
Terakhir, namun juga penting, adalah banyak karyawan yang juga tidak terlalu peduli dengan gadget. Mungkin hal yang aneh, namun tidak semua orang begitu mengikuti perkembangan teknologi atau terobsesi akan kehadiran teknologi baru.