Oleh: Heru Sutadi*
Ajang APEC menjadi pertarungan operator telekomunikasi besar untuk mempertunjukkan kemampuan Indonesia menggunakan teknologi terkini. Dan teknologi terkini untuk komunikasi nirkabel adalah teknologi generasi ke-4 (4G) dengan long term evolution (LTE)-nya.
Terkait dengan adopsi 4G LTE, kabar gembira disampaikan disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring dari Nusa Dua, Bali, tempat KTT APEC berlangsung. Dikatakan Tifatul, untuk menghargai operator yang sudah melakukan uji coba teknolog generasi ke-4 (4G) LTE, maka pemerintah akan mulai membuka penggunaan teknologi ini pada Desember akhir tahun ini.
Apa yang dijanjikan Menkominfo tentu merupakan tahapan lanjutan bagi Indonesia menapak ke jenjang teknologi berikutnya, setelah 3G yang diadopsi dan komersial secara resmi pada 2006. Tapi, tetap saja ada pekerjaan rumah (PR) yang tetap perlu dijawab sebelum 4G LTE diadopsi.
Jika banyak pihak melakukan simplifikasi dengan istilah DNA (Device, Network, Application), untuk kondisi Indonesia menjadi luas lagi, yang dapat disingkat menjadi RANDOM (Regulation, Application, Network, Device, Operator, consuMer). Mengapa demikian panjang, ya karena Indonesia bukanlah negara produsen device maupun perangkat jaringan, tapi hanya pengguna sehingga pertimbangannya perlu lebih banyak lagi.
Untuk regulasi, PR nya adalah pemerintah belum menetapkan frekuensi mana yang akan digunakan untuk LTE, walaupun sempat ada sinyal akan menggunakan 2,3 GHz yang digunakan untuk WiMAX sekarang ini, dapat juga digunakan untuk LTE. Global Mobile Supplier Association (GSA) mengumumkan perkembangan terbaru adopsi LTE di seluruh dunia. Untuk penggunaan spektrum, mayoritas sekitar 43% menggunakan 1800 MHz, kemudian peringkat kedua adalah 2,6 GHZ dan peringkat ke-3 ditempati 700 MHz. Di Indonesia, untuk 2,6 GHZ saat ini mayoritas, sebesar 150 MHz dipergunakan oleh PT MCI dengan layanan Indovision-nya, sementara 700 MHz masih menunggu migrasi dari TV analog ke TV digital dan diperkirakan baru tuntas pada 2018.
Untuk LTE yang akan memiliki kecepatan lebih besar, perlu dikedepankan akan diisi apa nantinya? Aplikasi berbasis video maupun file ukuran besar (big data) akan ramai hilir-mudik. Namun, tentunya perlu juga dilihat persiapan aplikasi lokal untuk mengisinya. Sebab jika tidak, operator yang membangun jaringan mahal, hanya akan jadi ‘korban’ OTT (over the top) yang menumpang di atas jaringan.
Untuk mengembangkan LTE, jaringan pendukung juga perlu jadi perhatian. Tanpa jaringan akses maupun backbone memadai, maka LTE menjadi tidak optimal. Dan ini menjadi PR pemerintah dan operator menyediakan jaringan broadband tersebut. Dengan dana USO yang sangat besar, sebenarnya dapat dimanfaatkan tidak hanya membangun jaringa backbone di wilayah Indonesia Timur saja, namun juga jaringan akses guna mendukung teknologi LTE.
Adopsi LTE tentunya juga akan tergantung device dari LTE itu sendiri. Dari laporan GSA, untuk device sudah ada 1064 device hingga saat ini. Sehingga nampaknya tidak ada keraguan jika LTE diadopsi. Begitu juga dengan kemampuan operator mengadopsi LTE. Operator yang uji coba mengadopsi LTE merupakan bukti operator Indonesia siap. Apalagi, saat ini sudah ada 81 negara dengan 213 operator yang mengkomersialkan 4G LTE. Diprediksi GSA, hingga akhir 2013, akan ada 260 operator memanfaatkan 4G LTE di 90 negara.
Dan tak bisa diabaikan begitu saja, adalah peran pengguna (consumer). Dengan keinginan konsumen mendapatkan layanan yang lebih berkualitas dan cepat, ini artinya ada keinginan untuk adopsi teknologi lebih tinggi dari teknologi 3G yang sekarang ada. Di dunia memang sudah ada 126,1 juta pengguna LTE. Dan yang terjadi saat ini, ada rasa iri pengguna telekomunikasi, mengapa hanya Bali dan saat APEC saja LTE bisa dinikmati, padahal internet nirkabel dengan kecepatan tinggi kini menjadi harapan, kalau tak mau dikatakan dibutuhkan pengguna yang lelah dengan kecepatan internet yang lelet.
*Penulis adalah Direktur Eksektuif Indonesia ICT Institute dan Penggagas Indonesia LTE Forum
Tulisan ini dan informasi-informasi mengenai perkembangan ICT Indonesia lainnya dapat dibaca di Majalah ICT Edisi No. 17-2013 di sini