MAJALAH ICT – Jakarta. Usulan nama-nama yang dinilai akan mampu mengemban amanat untuk menjadi Menteri Komunikasi dan Informatika ke depan makin bertambah. Dan kini, giliran konsumen telekomunikasi yang bersuara. Menurut penggiat konsumen yang gigih membela kepentingan konsumen di sektor telekomunikasi, Sekretaris Jenderal Indonesia Telecommunication Users Group (IDTUG), Muhammad Jumadi, dinilai layak dipertimbangkan menjadi Menkominfo mendatang.
Seperti disampaikan perwakilan konsumen, Yuliantoro, Jumadi dinilai sebagai sosok yang pas yang mengerti kepentingan konsumen di sektor teknologi informasi dan komunikasi. "Jumadi merupakan satu-satunya Wakil Asia yang diterima sebagai salah satu board members International Telecommunication Users Group yang berkantor pusat di Belanda," ujarnya.
Sehingga, katanya, pemerintah Jokowi-JK bisa mempertimbangkan Jumadi menduduki posisi Menkominfo mendatang. "Jumadi juga memiliki pengalaman yang cukup di industri telekomunikasi karena juga pernah bekerja di Sofrecom, perusahaan yang berpusat di Paris, Prancis," dukungnya.
Diungkapkan juga, Jumadi akrab dengan bidang information, communication technology (ICT) sejak masih kuliah dengan bergabung ke Dewan Riset Nasional mengerjakan proyek Sistem Informasi Manajemen Geographic Information System (GIS) untuk struktur batuan dan tanah di PPTM Bandung.
Setelah lulus dari Teknik Informatika, Jumadi sempat berkarir di bidang perbankan, yaitu di Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI) sebagai System Analyst kemudian bergabung dengan anak perusahaan Sumitomo Corporation Jepang di PT East Jakarta Industrial Park sebagai Project Manager.
Setelah itu bergabung dengan PT Omedata Electronic Electronic Bandung sebagai Project Manager dan PT Thames PAM Jaya di Business Support Department, sebelum akhirnya bergabugn dengan France Telecom Group (Sofrecom) berawal dari Senior di Departement Telecomunication Management Network (TMN Department) terakhir menjabat sebagai Business Development Manager.
Kepada Majalah ICT, Jumadi mengatakan memiliki harapan dan cita-cita agar operator telekomunikasi memberikan layanan yang berkualitas kepada pelanggan, meskipun dengan tarif yang tinggi. "Pelanggan di Indonesia sudah cerdas. Mereka tak lagi memikirkan tarif, tapi kualitas,” katanya. "Tingginya drop call, putusnya koneksi internet, sampai complain pelanggan yang sangat minim yang terakomodasi, membuat pelanggan seperti pasrah menghadapinya, sedangkan regulator hanya beriak di tepian,” tambahnya.