Search
Kamis 10 Oktober 2024
  • :
  • :

LAPORAN KHUSUS | Inikah ‘Bubble’ Bisnis E-Commerce di Indonesia? (1)

MAJALAH ICT – Jakarta. Gelembung (bubble) Bisnis perdagangan elektronik (e-commerce) sedang bergairah. Dalam catatan Direktorat E-Business Kementerian Komunikasi dan Informatika, bisnis ini berpotensi memutar uang sebesar Rp. 330 triliun. Angka yang cukup fantastis.

Tak mengherankan jika kini sudah puluhan pemain yang terjun ke dalam bisnis ini. Sebut saja Plasa.com, Kaskus.us, Multiply.com, Tokobagus.com, Blibli.com maupun Rakuten Belanja Online (RBO).

Pengguna situs belanja online di Indonesia saat ini tidak sedikit. Seperti Multiply.com, pengguna sudah mencapai tiga jutaan dengan 80.000 merchant. Sementara Blibli.com memiliki 300 merchant partner dengan rata-rata transaksi 200-300 per hari. Di Kaskus lebih cerah, terjadi 38 juta transaksi per bulan.

MasterCard sebagai perusahaan teknologi di industri pembayaran global menemukan dalam survei nya bahwa belanja online berubah dari penggunaan PC ke smartphone. Dan perkembangan belanja online lewat smartphone itu dipimpin negara-negara yang disebut sebagai emerging markets Seperti Indonesia, juga Thailand. 

Survei, yang digunakan untuk melihat kecenderungan konsumen untuk berbelanja online, dilakukan di 25 pasar antara November dan Desember 2012. Survei untuk wilayah Asia Pasifik, termasuk Indonesia, wawancara dilakukan dengan 7.011 responden dari 14 pasar diminta pertanyaan tentang kebiasaan belanja online mereka. 

Dari survei ditemukan bahwa Cina memimpin di keseluruhan region dengan kecenderungan untuk melakukan belanja online dengan nilai indeks 102 , kemudian Selandia Baru (87), Australia (85), Singapura (84), dan Korea Selatan (82). Skor China telah meningkat sebesar 4 poin tahun lalu.

Survei MasterCard juga mengungkapkan peningkatan penting dalam belanja lewat smartphone. Indonesia berada di atas untuk wilayah ini dengan lebih dari separuh responden (54,5%) menggunakan smartphone mereka untuk berbelanja dalam tiga bulan terakhir. Cina berikutnya dengan dengan 54,1%, kemudian Thailand dengan 51%.

Terkait dengan barang-barang yang dibelanjakan, fashion menarik bagi sebagian besar responden di seluruh Asia  Pasifik dengan peminatan mencapai 35%. Jika Cina menjadi 54% persen peminatan akan fashion, kemudian  Thailand (43%), Korea Selatan (43%), Selandia Baru (40%), dan Australia (40%), Indonesia hanya 18%. 

Bergairahnya pasar e-commerce di Indonesia membuat platform e-commerce Tokobagus.com bertekad untuk bisa memberikan kontribusi yang lebih bagi pertumbuhan ekonomi nasional lewat e-commerce. Tokobagus sendiri mewadahi seluruh aspek ekonomi masyarakat dengan mudah, mulai segmen UKM, menengah dan industri dengan lebih dari 3 juta members dan jutaan produk yang ditampilkan. Demikian diungkap Ichwan Sitorus, PR Manager Tokobagus.com setelah Tokobagus.com menerima penghargaan bergengsi Selular Award sebagai The Best Online Store Application. 

Walaupun pasar terbuka lebar, ada tiga tantangan utama dalam bisnis online di Indonesia. Pertama, mengubah budaya yang tadinya beli di toko dengan melihat langsung barang, berubah dengan secara online. Kedua, kejelasan aturan yang memayungi dan melindungi transaksi bisnis online. Dan ketiga, banyaknya penipuan jual barang mendompleng bisnis online.