Search
Sabtu 15 Februari 2025
  • :
  • :

Lebih Dekat dengan Eddy Satria: Birokrat yang Dekat dengan Komunitas

MAJALAH ICT – Jakarta. Rasanya aneh apabila ada orang dari komunitas dan industri teknologi informasi dan komunikasi yang tidak mengenal Eddy Satriya. Karena kiprahnya di bidang TIK yang sudah dimulai sejak 1989 sangat nyaring terdengar. Apalagi posisinya saat ini sebagai Asisten Deputi Infrastruktur dan Telematika membuatnya makin dekat dengan komunitas TIK.

""Sejak lulus Fakultas Elektro ITB pada 1989, Eddy langsung bekerja di program manajemen konsultan konsorsium Bank Dunia dan NTT Jepang yang merumuskan mengenai pembangunan telekomunikasi pada Repelita 4.

"Jadi waktu itu Telkom kebetulan sedang membangun, jadi saya ikut membidangi lahirnya Telkomsel pada 1994 bersama Bu Koes (Koesmarihati) dan Pak Rudiantara,” ujarnya di ruang kerjanya di Kantor Menko Perekonomian, belum lama ini.

Waktu itu yang menjabat sebagai Komisaris Utama adalah Menteri Muda Bappenas Rahardi Ramelan dan Eddy Satriya menjadi Sekretaris Dewan Komisaris yang pertama.

"Saya ingat pertama kali menerima amplop gaji dari Pak Thomas Sijabat, Direktur Keuangan Telokomsel yang pertama,” kenangnya.

Setelah itu, Eddy masuk ke Bappenas yang juga mengurusi masalah TIK sampai 2005 dan berkarir sebagai PNS di Kementerian Perekonomian yang juga mengurusi infrastruktur telematika. “Itu mungkin yang membuat saya dekat dengan komunitas. Mereka keluar masuk dan saya tetap disini (ICT),” tuturnya.

Selama pengalamannya puluhan tahun di birokrasi bidang telematika, Eddy melihat ICT belum menjadi prioritas dalam perekonomian nasional, karena kalah dengan infrastruktur jalan dan listrik.

Padahal, tambahnya, ICT seharusnya menjadi meta infrastruktur, yaitu infrastruktur dasar yang mampu memberdayakan infrastruktur lainnya atau dengan kata lain, ICT adalah infrastrukturnya infrastruktur.

"Awareness dari para pemimpin memang perlu ditingkatkan agar mereka aware akan manfaat ICT sehari-hari karena ICT sudah seharusnya berada di depan infrastruktur lainnya,” kata bapak dengan satu putra dan dua putri ini.

Pria yang hobi jogging dan golf ini selalu berusaha meluangkan waktu di akhir pekan untuk keluarga, sehingga setiap adaperjalanan dinas, diusahakan Sabtu pagi sudah ada di rumah. “Meskipun seringnya tidur, tapi tetap merasa nyaman berada di tengah keluarga,” katanya.

Eddy mengaku sangat bersyukur menjadi pegawai negeri sipil (PNS) karena dengan demikian dia memiliki peluang yang sangat besar untuk membantu orang lain tanpa merepotkan orang lain tersebut.

"Kalau kita bisa mempermudahnya, kenapa mesti dipersulit? Asal jangan orang nginjak kita baru kita tolong, itu namanya tidak benar,” tuturnya.

Ketika disinggung apa harapannya yang belum tercapai sampai saat ini, Eddy mengaku ingin melihat pemerintahan, khususnya di bidang telematika diisi oleh birokrat yang profesional, bukannya akademisi dari kampus karena antara praktik dan teori sering tidak ketemu.

"Saya juga ingin menulis buku soal reformasi birokrasi,” ujarnya.

Tulisan ini dan informasi-informasi mengenai perkembangan ICT Indonesia lainnya dapat dibaca di Majalah ICT Edisi No. 15-2013 di sini