MAJALAH ICT – Jakarta. Berbicara dengan dengan Ari Santoso kita bisa belajar dan mengetahui banyak seputar pendidikan dan persoalannya di tanah air. Maklum, sebagai Kepala PusatTeknologi Komunikasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dirinya berkaitan erat dengan bagaimana pendidikan khususnya, kian berkembang dan mengadopsi perkembangan terkini teknologi informasi.
Sosok Ari yang bersahaja, namun tidak demikian dengan karya-karya yang dihasilkannya. Teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkannya untuk mengembangkan belajar secara online melalui “Rumah Belajar” di http:// belajar.kemdikbud.go.id. Portal belajar ber-tagline “Belajar untuk Semua” ini tiap harinya sudah dikunjungi ratusan ribu siswa di seluruh penjuru Tanah Air. Dengan fitur lengkap dari televisi dan radio streaming, hingga materi pembelajaran.
Di Kelas Maya yang dibesutnya sudah tersedia 12.934 materi belajar lengkap yang dapat diakses secara gratis. Untuk materi pembelajaran, Ari pun punya kiat yang diilhaminya ketika di Jerman. “Saya melihat bahwa untuk materi pembelajaran, dibuat tiap 5 menit. Makanya beberapa materi jika melebihi 5 menit kita buat jad beberaa seri,” ungkap Doktor lulusan Universitas Montpellier II, Prancis ini.
Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak lelah, sebab menangkap materi pelajaran berbeda dengan menonton film biasa.
Menganut prinsip apa yang sudah dikerjakan pendahulunya tidak dihilangkan, melainkan mengembangkannya, membuat karya-karya Pustekkom zaman dahulu seperti seri televisi Aku Cinta Indonesia (ACI) yang begitu populer di era 80-an juga kembali di-digitalkan dan dapat disaksikan di portal Rumah Belajar.
“Yang disayangkan dari pengembangan teknologi informasi di Indonesia adalah ketika ganti pimpinan, sistem lama diganti. Kalau saya tidak. Apa yang sudah dihasilkan pendahulu saya, akan tetap ada. Kalau bisa, saya mengembangkannya. Seperti TV Edukasi yang sudah ada sebelum saya. Selain dapat dilihat melalui TV berlangganan, kini kita kembangkan untuk dapat disaksikan secara live streaming melalui Rumah Belajar,” cerita lelaki kelahiran Surabaya, 18 Februari 1966 ini.
Dari pencapaian yang sudah diraih, mantan Ketua Tim Pengintegrasian Departemen- Departemen di 2009-2010 ini masih berkeinginan agar pendidikan yang ada di Indonesia dapat dinikmati secara gratis dan gampang. “Saya pernah ke perbatasan Indonesia-Malaysia. Di
sana banyak yang tidak lulus sekolah karena membantu orang tua bekerja. Padahal teknologi informasi bisa membantu mereka,” harap dosen di Jurusan Teknik Elektro ITS ini.
Terkait kemudian akses siswa-siswa terhadap Internet, Ari mempunyai saran yang bagus untuk implementasi Pusat Layanan Internet Kecamatan dalam PLIK-MPLIK. “Kalau akses Internet diletakan di pasar, tujuan orang adalah berbelanja dan kembali ke rumah. Saya sarankan di akses Internet disediakan di lingkungan sekolah. Tentu akan banyak yang menggunakan. Namun dengan catatan, sekolah diberi pengertian jika ada masyarakat dari luar sekolah ingin menggunakan diperbolehkan,” sarannya.
Tulisan ini dan informasi-informasi mengenai perkembangan ICT Indonesia lainnya dapat dibaca di Majalah ICT Edisi No. 14-2013 di sini