MAJALAH ICT – Jakarta. Letusan Gunung Kelud mengganggu layanan telekomunikasi hingga radius 20 KM dari Puncak Kelud di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, yang erupsi pada Kamis, 13 Pebruari 2014 Pukul 22.50 WIB. Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Gatot S. Dewa Broto menyatakan, sesuai dengan kewenangan dan tanggung-jawabnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah melakukan koordinasi secara cepat dengan para penyelenggara telekomunikasi akibat erupsi Gunung Api Kelud.
"Kondisi layanan telekomunikasi memang agak terganggu, khususnya hingga pada radius KM 20 dari puncak Gunung Api Kelud," kata Gatot. Menurutnya, di luar area tersebut relatif cukup lancar meski terjadi lonjakan trafik telekomunikasi yang tinggi baik incoming maupun outgoing di sekitar 3 daerah tersebut, yakni Blitar, Kediri dan Malang. “Gangguan ini disebabkan karena terputusnya suplai energi (PLN) dan tertutupnya BTS oleh abu vulkanik yang sangat tebal”, ujarnya.
Untuk itu, lanjutnya, mulai Jumat (14/2) pagi hari, seluruh penyelenggara telekomunikasi terus melakukan recovery sejauh areanya memungkinkan dan tidak termasuk zona berbahaya, karena tidak hanya penting untuk membantu komunikasi para aparat dan relawan, juga untuk komunikasi masyarakat pada umumnya.
Kementerian Kominfo akan terus melakukan monitoring dan koordinasi dengan para penyelenggara telekomunikasi terhadap pemulihan pasca letusan Gunung Kelud, karena dampaknya sangat signifikan mengingat hujan abunya tersebar hingga radius sekitar lebih dari 300 km dari puncak Gunung Kelud.
Meskipun terdapat sejumlah BTS yang sementara waktu tidak berfungsi, maka kepada masyarakat diinformasikan tidak perlu merasa panik, karena hampir seluruh penyelenggara telekomunikasi berkomitmen untuk dengan segala upaya melakukan peningkatan kapasitas jaringan, khususnya di area yang dianggap cukup aman, tuturnya.
Kementerian Kominfo juga meminta komunitas ORARI dan RAPI untuk terus membantu aparat dan relawan, karena komunitas ORARI dan RAPI tersebut selama ini cukup efektif dalam membantu komunikasi di daerah-daerah bencana.
Seandainya ada laporan atau keluhan masalah jamming, Kementerian Kominfo melalui Balai Monitoring Frekuensi Radio di Surabaya, Jogjakarta dan Semarang selalu siap untuk secepatnya melakukan pelacakan dengan menggunakan perangkat monitoring yang tersedia, pungkasnya.