Search
Sabtu 18 Januari 2025
  • :
  • :

Masa ‘Bulan Madu’ Go-Jek Berakhir, Tarif Dihitung Per Kilometer

MAJALAH ICT – Jakarta. Masa ‘bulan madu penggunaan ojek online Go-Jek nampanya sudah berakhir. Hal ini berkenaan dengan perubahan tarif pengantaran penumpang dengan sepeda motor, yang tadinya di masa promosi hanya dikenakan biaya Rp. 10 ribu, kini berubah dan dikenakan tarif berdasar jarak per kilometer.

Tarif ini yang mulai berlaku 16 September, di luar jam sibuk, antara pukul 16.00 WIB sampai dengan 19.00 WIB, tarif Go-Je ditetapkan menjadi Rp. 15 ribu untuk 6 kilometer pertama dan Rp 2.500 per kilometer berikutnya. Pemberlakukan tarif jam sibuk ini juga hanya dilakukan pada hari Senin hingga Jumat.

Untuk di luar jam sibuk, pengguna Gojek akan dikenakan tarif datar sebesar Rp. 15 ribu dengan jarak maksimum 25 kilometer. Layanan untuk pengataran barang, Berbelanja, GO-Food di Kota Jakarta dan semua layanan Go-jek di kota-kota lainnya sampai saat ini maish belum berubah dari tarif promosinya Rp. 10 ribu.

Mengenai tarif yang mulai keluar dari masa promosi, CEO Go-Jek Nadiem Makarim tak khawatir bila tarif promo seperti ini harus diakhiri, meskipun juga dirinya tak memungkiri pelanggannya bisa berkurang jika tarif promo sudah tidak diberlakukan. "Jelas bisa tetap menarik konsumen. Tapi pasti bakal turun pesanan kalau subsidinya dicabut. Tapi saya yakin loyalitas konsumen kami akan sangat tinggi," katanya.

Nadiem menambahkan, banyaknya pesanan yang didapatkan para pengemudi pada masa promosi ini, bisa dimanfaatkan untuk menabung hingga nanti pasar layanan ojek panggilan berbasis aplikasi matang dengan sendirinya.

Pengamat teknologi informasi Heru Sutadi melihat, memang berat jika Go-Jek terus-menerus melakukan subsidi terhadap pengemudi Go-Jek, dimana pengguna membayar dibayar harga pasar. "Dengan berakhirnya masa promosi, dan saya yakin tarifnya lambat-laun akan menyamai tarif ojek normal, maka Go-Jek mencoba menyelamatkan biaya subsidi yang cukup besar. Dan akhirnya, tarif akan sama dengan harga pasar dari ojek. Ke depan yang membedakan Ojek pangkalan dan Go-Jek saya pikir hanya soal penggunaan aplikasi, sementara tarif akan relatif sama," katanya.

Ditambahkan juga oleh Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute ini, dengan penolakan ojek aplikasi masuk ke kompleks-kompleks dan tarif yang relatif sama, maka pengguna Go-Jek dipastikan akan turun tajam. "Pengguna akan berkurang dari selama masa promosi. Tukang Go-Jek juga nanti akan gabung lagi ke ojek pangkalan. Berkurangnya pengojek, maka jika Go-Jek berhasrat mencari investor baru atau bahkan IPO akan jadi sulit," ujarnya.