MAJALAH ICT – Jakarta. PT Assemblr Teknologi Indonesia baru saja meluncurkan versi terbaru dari Assemblr, aplikasi smartphone pengolah konten Augmented Reality (AR). Versi terbaru ini lebih ramah pengguna untuk semua kalangan dan diharapkan dapat digunakan oleh guru-guru di sekolah.
Sejak Maret 2019, Assemblr telah melakukan berbagai pendekatan ke ranah pendidikan. Hal ini awalnya dilakukan karena metode pembelajaran di sekolah dari SD, SMP, SMA hingga SMK saat ini dirasa kurang interaktif dan jumlah murid seringkali melebihi batas yang disarankan. Menurut informasi Badan Pusat Statistik (BPS), guru yang mengajar seharusnya berbanding dengan siswa sebesar 1:20 untuk SD, SMP dan SMA serta 1:15 untuk SMK. Pada kenyataannya, rata-rata jumlah siswa di dalam kelas di Indonesia lebih dari 30 murid.
Selain jumlah murid, pelajaran yang memerlukan alat peraga menjadi hal yang masih sulit untuk diimplementasikan oleh guru. Menyiasati hal ini, Assemblr menyediakan akun bertema pendidikan yaitu Learn With Assemblr yang menawarkan berbagai materi pelajaran, misalnya anatomi kodok, struktur jantung, proses terjadinya tsunami, tata surya dan konten pendidikan lainnya akan terus ditambahkan. Bahan siap ajar ini dapat digunakan guru sebagai peraga di sekolah maupun diakses murid secara mandiri.
Hasbi Asyadiq, CEO dan pendiri Assemblr menuturkan, “Pendekatan AR untuk dunia pendidikan berlaku ke guru dan murid sekaligus. Untuk guru, AR dapat membantu proses pembelajaran menjadi lebih efisien serta dapat digunakan untuk menggantikan alat peraga. Sedangkan untuk murid, mereka menjadi lebih mudah memahami pelajaran dengan bantuan visualisasi 3D dan AR”.
Pendekatan ke dunia pendidikan dilakukan Assemblr melalui pelatihan secara langsung kepada guru-guru di sekolah. Guru yang telah mendapatkan pelatihan akan menggunakan Assemblr sebagai bahan ajar interaktif kepada muridnya. Selain pelatihan di sekolah formal, terdapat juga pelatihan non-formal melalui seminar-seminar baik lewat mahasiswa ataupun pihak ketiga.
Teknologi AR juga nantinya dapat memiliki peran yang cukup signifikan dalam pengembangan kurikulum. Dengan memasukkan unsur AR dalam rencana kegiatan pembelajaran, kurikulum tersebut dapat menjadi lebih relevan bagi peserta didik dan mendorong siswa untuk tidak sekedar menghafal pelajaran namun memahami secara menyeluruh.
“Kekuatan utama AR terdapat pada visualisasi. Dengan rentang fokus murid yang cenderung pendek, untuk mengikuti kegiatan belajar-mengajar yang cukup lama dibutuhkan suatu hal yang lebih menarik dan interaktif untuk efisiensi perhatian murid terhadap guru dan pelajaran. Teknologi AR bisa menjadi solusi tersebut. Selain itu, untuk SMK yang memerlukan peraga fisik yang cenderung mahal, diharapkan AR bisa menjadi alternatif pengganti,” tutup Hasbi.