MAJALAH ICT – Jakarta. Sisternet turut mendukung restorasi film Tiga Dara yang pernah berjaya di era 1950-1960. Ada kesesuaian visi antara program yang digagas oleh PT XL Axiata Tbk (XL) tersebut dengan pesan yang terkandung dalam film Tiga Dara. Film karya sutradara Nia Dinata tersebut mulai bisa disaksikan oleh masyarakat mulai 1 September 2016
Chief of Digital Services Officer (CDSO) XL Joseph Lumban Gaol mengatakan, "Film Tiga Dara ini memiliki pesan kuat yang memotivasi kaum perempuan untuk menguasai suatu keahlian, lalu berani membangun masa depannya yang lebih baik. Pesan tersebut memiliki benang merah yang erat dengan visi Program Sisternet yang ingin memajukan perempuan Indonesia melalui pemanfaatan teknologi digital."
Joseph menambahkan, sejak diluncurkan pada tahun 2015 lalu, Sisternet telah menyelenggarakan program-program edukasi kepada kalangan perempuan muda melalui workshop dan seminar dengan mengundang para pembicara dan tokoh perempuan dari berbagai latar belakang. Media digital menjadi sarana komunikasi utama untuk mempermudah sharing pengetahuan dan pengalaman antaranggota Sisternet dengan para tokoh.
Secara system digital, Sisternet menghadirkan suatu wadah bagai kalangan perempuan Indonesia untuk bisa mendapatkan akses ke sumber-sumber edukasi yang bisa meningkatkan kompetensi mereka untuk mampu mandiri, termasuk dalam membangun bisnis sendiri atau memulai suatu aktivitas sosial ekonomi mereka. Sisternet hadir sebagai platform digital yang mempertemukan para perempuan dari kalangan masyarakat luas dalam satu jejaring sosial, dengan para penyedia akses edukasi.
Ke depan, Sisternet juga akan membantu mendekatkan masyarakat dengan para pihak yang mampu menyediakan hal-hal penunjang bisnis, termasuk pendanaan, keahlian, konsultan, dan sebagainya. Sisternet ingin memperbesar fungsi sebagai fasilitator masyarakat perempuan Indonesia untuk lebih mudah dalam bertranformasi ke era digital.
Target Sisternet terdekat adalah meluncurkan sharing economy platform berbasis digital. Dalam platform ini, sisiternet akan menyasar tiga segement perempuan, yaitu perempuan dari segment menengah ke atas (backer) yang memiliki kemampuan finansial dan buying power yang mapan. Perempuan dari segmen menengah keatas generasi millennials (mentor) yang literasi digitalnya tinggi sekaligus passion yang kuat untuk memberikan sumbangsih kepada masyarakat, dan segmen perempuan dari kelas ekonomi menengah ke bawah (beneficiary) yang memiliki potensi ekonomi namun tidak memiliki kemampuan finansial maupun literasi digital. Segmen perempuan mentor dapat berfungsi menjadi mentor bagi segmen perempuan beneficiary untuk menggali atau meningkatkan potensi usaha mereka dengan menggunakan teknologi digital. Jika memerlukan modal, melalui platform ekonomi berbagi Sisternet, mentor dapat mengkampanyekannya kepada segmen perempuan backer baik untuk memberikan modal kerja atau menjadi pelanggan atas barang atau layanan dari perempuan segmen beneficiary ini. Sisternet akan menyediakan aplikasi-aplikasi bisnis digital untuk UKM di AWAN XL, untuk memudahkan para mentor dan beneficiary mereka untuk mengakses teknologinya. Dengan system ekonomi berbagi ini, baik beneficiary maupun mentor menikmati keuntungan finansial jika usaha yang dikembangkan semakin besar. Dengan system ekonomi berbagi ini, SISTERNET diharapkan menjadi sebuah platform berbasis digital untuk gerakan pemberdayaan perempuan yang berkelanjutan dan berdaya.
Film Tiga Dara versi baru dibintangi oleh Shanty Paredes, Tara Basro, Titik Puspa, Ray Sahetapy, Rio Dewanto, Tatyana Akman, Richard Kyle, Reuben Elishama, Cut Mini dan Joko Anwar . Bercerita tentang tiga anak perempuan dengan dilema masing-masing. Gendis (Shanty Paredes) adalah anak tertua yang mempunyai passion di bidang kuliner, Ella (Tara Basro), anak kedua yang supel dan ramah, Bebe (pendatang baru Tatyana Akman), anak ketiga, adalah anak yang cerdas, blak-blakan, dan free spirited. Sejak ibu mereka meninggal dunia, sang ayah, Krisna (Ray Sahetapy) memboyong mereka dan nenek mereka, Oma (Titiek Puspa), ke kota kecil di bagian timur Flores, untuk menjalankan hotel butik milik mereka. Konflik antara kakak beradik ini, berikut kisah-kisah menarik lainnya, bergulir dengan manis lewat skenario yang ditulis Nia Dinata dan Lucky Kuswandi. Sebagian dialog-dialog ini kemudian diterjemahkan menjadi lagu-lagu yang catchy yang diciptakan musisi kawakan Aghi Narottama dan Bemby Gusti, serta lirik oleh Nia Dinata sendiri.