MAJALAH ICT – Jakarta. Saat ini, terjadi persaingan tajam antara produk laptop dan tablet. Banyak pihak mengatakan bahwa pasar laptop telah diambil oleh tablet. Namun begitu, ternyata penelitian mutakhir yang dilakukan IDC berbeda. Berdasarkan survei yang dilakukan IDC terhadap 299 konsumen AS dengan usia di atas 18 tahun menunjukan hanya 8,7 persen dari pembeli tablet yang berniat menggunakan tablet sebagai pengganti laptop mereka.
Menurut Tom Mainelli, analis IDC, dari angka itu, 58,5 persen malah ingin tablet digunakaan bersamaan dengan laptop. Ini artinya, ada kebutuhan yang mendorong pengguna untuk menggunakan kedua jenis perangkat itu sebagai perangkat yang saling melengkapi. "Kaum profesional masih mengandalkan laptop dan banyak dari mereka tidak benar-benar berpikir bahwa tablet mampu memenuhi kebutuhannya. Bahkan, beberapa malah khawatir bahwa tablet tidak mampu menjalankan Flash atau hanya dapat membuka satu aplikasi dalam satu waktu,” ungkap Tom.
Ditambahkannya, hasil berbeda bila survei dilakukan terhadap pengguna tablet yang masih berusia 17 tahun ke bawah. Banyak dari kalangan itu hanya membutuhkan tablet sebagai perangkat hiburan belaka, entah itu untuk bermain game, menggunakan aplikasi menarik, menonton film, mendengarkan musik, dan sebagainya. "Generasi muda memiliki pandangan yang berbeda mengenai ponsel," tandasnya.
Sebagaimana diketahui, membanjirnya produk komputer tablet membuat konsumen berpaling ke produk tersebut. Akibatnya, penjualan personal computer (PC) dan notebook turun hingga 20 persen. Penjualan komputer yang terdiri dari dekstop dan laptop pada kuartal II 2013 turun hingga 15 persen-20 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2012 lalu.
Konsumen tampaknya semakin meminati tablet dan smartphone ketimbang membeli PC baru. Penurunan penjualan notebook ini sudah tidak diragukan lagi lantaran persaingan yang ketat dan semakin populer dan maraknya smartphone atau tablet.
Fitur yang semakin lengkap, harga yang semakin kompetitif dan mobilitas yang lebih tinggi membuat pasar smartphone serta tablet ini menggerus perhatian para calon pembeli notebook dan mulai menggantikan pasar notebook. Berdasarkan catatan Apkomindo, angka penjualan notebook bahkan lebih rendah dibanding penjualan tablet. Tercatat, penjualan produk notebook di seluruh Indonesia hanya mencapai 3,1 juta unit dalam 6 bulan terakhir. Sedangkan komputer tablet terjual lebih dari 3,175 juta unit.
Para pengusaha komputer PC rakitan kini semakin menjerit karena produknya tergerus oleh tablet, smartphone. Pengusaha komputer lokal banyak yang banting setir ke usaha lainnya. Karena dengan hanya menjadi reseller PC built up merek terkenal, margin keuntungannya menjadi sangat kecil.
Penjualan PC rakitan menurun drastis, apalagi komponennya juga makin langka di pasaran. Kebijakan pemerintah terkait tender di lingkungan pemerintah yang mengharuskan penggunaan PC dari merek terkenal juga ikut memicu penurunan penjualan PC rakitan.
Industri PC Nasional sendiri sudah memasuki masa sulit sejak tahun lalu, dan diprediksi masih akan berlanjut tahun ini. Berdasarkan data lembaga riset IDC, penjualan komputer pada 2012 anjlok dibandingkan dengan 2011. Secara global, penjualan komputer turun 6,4 persen dan hanya mencatat angka penjualan sebesar 89,8 juta unit pada kuartal keempat 2012.
IDC juga mengungkapkan pasar PC di wilayah Asia Pasifik, termasuk Jepang, mengalami penurunan dua digit pada kuartal pertama tahun ini akibat permintaan lemah dan belum familiarnya sistem operasi baru Windows 8.
Gartner menyebutkan munculnya tablet yang berharga murah memukul penjualan PC, terutama di negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat.
Di negara yang memiliki potensi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tablet yang tidak mahal menjadi pilihan bagi banyak orang, mereka menunda untuk membeli PC.
Penjualan Lenovo turun 0,6 persen dan HP drop sekitar 4,8 persen. Sementara dua perusahaan yang berbasis di Taiwan, yaitu Acer dan Asus, bahkan mengalami penurunan yang lebih signifikan. Acer mengalami penurunan 35 persen, sedangkan Asus terjungkal 20,5 persen.