MAJALAH ICT – Jakarta. Microsoft mengkampanyekan bahwa membuat coding itu mudah bagi semua orang. Hal ini yang diharapkan dari ajang #WeSpeakCode, dimana orang yang tidak memiliki pengalaman membuat kode-kode pemrograman, tapi kemudian bisa melakukannya.
Hal itu terlihat dari apa yang dilakukan pelaku seni Ayu Dyah Andari, seorang fashion designer dan Dwika Putra, musisi dari AkustikAsik. Keduanya ditantang Microsoft untuk membuat suatu karya seni yang dikolaborasikan dengan coding. Ide yang awalnya terdengar mustahil, namun keduanya bisa melakukannya dalam dalam 15 jam saja.
Kolaborasi tersebut digelar dalam acara #WeSpeakCode, yang bertempat di Jakarta. Dalam waktu singkat itu, Ayu Dyah yang merupakan lulusan Teknk Industri ini mampu menghasilkan Technoethnic, sebuah aplikasi yang menampilkan ragam pola untuk gaun. Sementara Dwika yang memang lulusan Teknik Informatika ini bisa menelurkan SongFlake, sebuah aplikasi real-time yang dapat membentuk visualisasi tertentu sesuai dengan alat musik yang dimainkan.
"Reaksi pertama saya ketika diajak bergabung dalam proyek ini adalah penasaran. Saya penasaran bagaimana coding dapat berguna untuk pekerjaan saya sebagai seorang fashion designer. Lagipula, saya tidak mempunyai latar belakang ilmu teknologi informasi sama sekali sehingga coding merupakan hal yang benar-benar baru bagi saya. Untungnya, saya dipandu oleh Wahyudi dari Coding Indonesia, dan ternyata coding itu menyenangkan," sambut Ayu yang pernah menjadi designer untuk Miss World 2013 dan Indonesian Idol ini.
Ditambahkannya, "Hanya dalam 15 jam, saya dapat menyelesaikan proyek yang saya beri nama Technoethnic. Ini adalah aplikasi yang dapat memberikan keleluasaan bagi konsumen untuk menentukan pola apa yang mereka inginkan di gaunnya. Saya berharap setelah ini saya dapat mengembangkannya lagi, agar saya bisa berinteraksi secara lebih dekat dengan konsumen saya," ucapnya.
Berbeda dengan Ayu, Dwika yang pernah mengenyam pendidikan ilmu teknologi informasi ini pun mengatakan bahwa proyek ini out of the box. "Saya kuliah di bidang teknologi informasi, tetapi ketika saya diajak pertama kali untuk bergabung dalam proyek ini, saya kaget karena tidak pernah terpikir oleh saya untuk membuat sesuatu yang luar biasa dengan musik melalui coding. SongFlake ini seperti visualisasi dari musik yang kita dengar. SongFlake dapat menampilkan gambar sesuai dengan nada dan irama yang dihasilkan pada saat bermain musik,” katanya.
Community Affairs Manager Microsoft Indonesia Esther Sianipar mengatakan bahwa Microsoft Indonesia telah mensosialisasikan manfaat coding bagi masyarakat sejak tahun 2014 melalui code.org, sebuah website non-profit yang didedikasikan untuk memperluas partisipasi masyarakat dalam mempelajari ilmu komputer. Microsoft Indonesia juga telah bermitra dengan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) dan Coding Indonesia, guna untuk mengajarkan coding kepada anak-anak sejak usia dini.
“Tahun ini, kami mencoba hal baru, yaitu dengan mengajak Ayu Dyah Andari dan Dwika Putra untuk berkolaborasi menghasilkan karya seni yang dipadu dengan coding. Walau mereka hanya mempunyai waktu 15 jam, ternyata mereka berhasil menciptakan karya coding yang tentunya dapat menjadi nilai tambah atau ciri khas bagi pekerjaan dan hobi mereka masing-masing,” jelas Esther.
Ide ini digagas Microsoft Indonesia dengan harapan bisa mendobrak paradigma yang mengatakan bahwa coding hanya untuk orang yang menggeluti teknologi informasi. Pada era digital ini, masyarakat Indonesia perlu memahami coding agar dapat menciptakan sebuah karya dari coding, tidak sekedar menjadi penikmat konten digital.