MAJALAH ICT – Jakarta. Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara meminta agar netizen tidak memperkeruh suasana damai atau membuat pernyataan serta memberikan informasi melalui media sosial yang memperkeruh situasi pasca-insiden di Tolikara, Papua.
"Kami imbau, paling-paling ajak teman-teman jangan asal forward berita-berita, cek dululah sekali lagi, itu saja. Kalau nggak tahu seperti apa, jangan memperkeruhlah," kata Rudiantara di Jakarta. Menurutnya, di zaman teknologi informasi saat ini, media sosial terus berkembang. Media sosial bisa memberi informasi secara bebas dan tak terkendali.
Informasi dari media sosial sering kali akurasinya rendah. "Kalau bicara media, ya media elektronik, media cetak, media online (daring), dan media sosial. Semakin ke sini, tingkat keakurasiannya semakin rendah. Kembali karena media sosial ini boleh dikatakan less controllable,” jelasnya.
Terkait penyaringan media-media sosial maupun situs online yang dinilai memperkeruh suasana, Menteri Rudiantara menyerahkannya kepada panel yang telah dibentuk Kemenkominfo. "Kalau masalah filtering ada aturannya, kan ada panel dan memenuhi kriteria tertentu," ujarnya.
Sementara itu, di sisi lain, Netizen juga berhasil menggalang dana untuk membangun Masjid yang rusak. Penggalangan dana dikoordinatori Komika dan pembawa acara Pandji Pragiwaksono Melalui melalui situs Kitabisa.com, berhasil di kumpulkan dana sebesar Rp.308.983.642 dari 1185 orang donatur untuk membangun kembali masjid di Kabupaten Tolikara, Papua. Inisiatif penggalangan dana ini direncanakan selama 30 hari sejak kampanye dimulai, yakni setelah insiden terjadi 17 juli lalu. Kenyataannya, netizen merespon cepat turut berdonasi.
"Kurang dari tiga hari, donasi Masjid Tolikasa telah tercapai, bahkan melebihi target. Untuk itu kami memutuskan untuk menghentikan penggalangan dana saat ini juga," katanya di www.kitabisa.com/masjidtolikara.