MAJALAH ICT – Jakarta. Operator telekomunikasi saat ini sudah membutuhkan teknologi 4G LTE untuk diadopsi. Namun begitu, implementasinya terkendala keputusan regulasi dari pemerintah. Setidaknya demikian yang mengemuka dalam diskusi di acara 4G Ready XL di Bali.
Menurut Rahmadi Mulyo Hartono, GM Network Development XL, kegunaan LTE nantinya akan dapat dipakai untuk berbagai macam keperluan terkait akses internet berkecepatan tinggi. Menrutunya, konsep always connected akan terjadi, dimana pengguna hampir sama seperti mencolokan kabel LAN, sehingga tidak ada buffering. ""4G LTE menunjukkan manfaat untuk menunjang bisnis, industri, utilitas perusahaan, serta game online. Semakin cepat diadopsi akan maki baik," kata Rahmadi.
Namun begitu, Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengungkap, ekosistem 4G LTE saat ini belum lengkap terbangun. "Seperti penentuan regulasi. Pemerintah nampaknya mengarah pada penggunaan 2,3 GHZ, namun pelru diketahui yang menjadi band favorit saat ini adalah, pertama, 1.800 MHz, kemudian 2600 MHZ dan 700 MHz," papar Heru.
Pemilihan yang kurang, akan mempengaruhi interoperability device. "LTE merupakan evolusi dari GSM setelah GSM, 2G, GPRS, EDGE, 3G, sekarang LTE. Untuk adopsi perlu melihat bagaimana negara-negara satu region mengadopsi LTE, di frekuensi mana, sebab ini akan pengaruh pada perangkat dan device. Karena ponsel, harusnya ini bisa dipakai ketika roaming dinternasional ilakukan," jelas Heru Sutadi.
Soal perlu atau tidaknya, menurut Heru, kita sudah butuh. Tren internet yang makin berkecapatn tinggi, broadband akan dibutuhkan karena berkorelasi dengan peningkatan ekonomi bangsa. "Walaupun di awal, teknologi diadopsi oleh kalangan kota, kalangan berpendidikan dan secara ekonomi bagus. Namun, adopsi ini lama-kelamaan akan terus menurun, sehingga akan dibutuhkan juga oleh masyarakat desa, anak-anak sekolah dan penghasilan menengah ke bawah," tandas Heru.
Sementara itu Johar Alam, Chairman IDC, mengungkapkan bahwa pengguna internet akan berkorelasi terhadap kemajuan bangsa. "Saat ini saja, dengan pengguna internet yang masih rendah kita bisa menerobos peringkat ekonomi dunia bahwa masuk 5 besar di Asia," ujar Johar.